24.5 C
New York
Friday, May 3, 2024

Toko Sepatu Cibaduyut Siantar, Untung Tergerus Covid-19

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Sepatu Cibaduyut sejak lama sudah dikenal sebagai jaminan kualitas sepatu dan sandal kulit buatan Bandung Jawa Barat. Hingga kini sepatu Cibaduyut tetap punya pasar sendiri yang cukup luas dan dikenal karena kualitas dan mutunya.

Hal inilah yang mengawali hadirnya Toko Sepatu Cibaduyut di Jalan Ade Irma Kota Pematangsiantar sekitar 30 tahun lalu. Selama puluhan tahun berkiprah di kota ini, toko sepatu ini ternyata tetap eksis membawa merek Cibaduyut dan tetap menjual produk sepatu asal Kota Kembang Bandung tersebut.

Kepada Mistar, seorang cucu pemilik Toko Sepatu Cibaduyut tersebut, Andi Maulana Rambe (21) menuturkan usaha toko sepatu tersebut adalah milik kakeknya, Pontas Rambe yang sudah almarhum sejak 2 tahun lalu. Kini, neneknya Zuriah Siregar (65) yang mengelola toko tersebut dibantu anak-anak dan cucunya.

Baca juga: Demi Dapatkan Bantuan Usaha Mikro, Hingga Larut Malam Warga Asahan Ramai-ramai Buka Rekening di BRI

Menurut Andi Maulana, dirinya sudah dipercayai neneknya menjaga toko sejak kelas I SMP dan di awal-awal dia selalu didampingi nenek dan seterusnya menjadi kepercayaan neneknya untuk menjaga toko hingga kini sudah tercatat sebagai mahasiswa Sultan Agung Pematangsiantar semester VII jurusan manajemen.

“Sejak masih SMP memang sudah dipercayai nenek untuk jaga toko karena saya mudah mengingat harga sepatu di toko itu dan jadinya keterusan hingga sekarang tetap menjaga toko,” katanya kepada Mistar, Senin (7/9/20).

Sepatu serta sandal wanita dan anak-anak. (f:jelita/mistar)

Dia menyebutkan pada masa keemasan toko sepatu tersebut, paling banyak menjual sepatu pantofel untuk pria dengan harga Rp600 ribu sepasang karena paling banyak dicari pembeli. Begitu juga harga sepatu jenis boots merek Caterpillar banyak diburu meski harganya termasuk mahal yaitu Rp800 ribu sepasang.

Baca juga: Mandiri Optimalkan Penyaluran Dana PEN Lewat KUR Untuk UMKM Di Siantar

Namun kondisi tersebut berubah total sejak pandemi Covid-19. Bila tadinya, aktifitas toko tersebut sudah stabil dengan pemasukan rata-rata yang sudah terukur, pandemi Covid-19 membuatnya menjadi terjun bebas.

“Kalau dihitung-hitung, penurunan penjualan sudah lebih 50 persen. Pembeli sepi dan terus menurun. Bila tadinya penjualan harian sudah ada kisaran angkanya, tapi sekarang sulit. Terkadang kita hanya mendapatkan untung sedikit yang penting barang laku,” katanya.

Meski begitu, Andi menyebutkan mereka tetap membuka toko secara rutin setiap jam 6 pagi hingga jam 9 malam dan dia akan berada di toko hingga jam 6 sore dan selebihnya bergantian dengan anggota keluarga lainnya. Namun seiring turunnya pendapatan toko, maka keluarga besar mereka juga harus bisa berhemat.

Baca juga: Pengunjung Membludak Petugas Dinas Koperasi Siantar Kelabakan

“Biasanya kita belanja sepatu langsung ke Bandung biar bisa memilih langsung, namun akhir-akhir ini kita lakukan pemesanan online saja bila barang habis. Tapi pesan online juga makin jarang, yang penting barang habis dulu. Tapi toko di Bandung juga mengaku sepi pembeli dan kita juga diminta bersabar saja,” katanya.

Tak hanya order barang yang turun, tapi juga pihaknya terpaksa ikut turun harga karena sepinya pembeli. Tak tanggung-tanggung, penurunan harga bisa sampai setengah harga sehingga keuntungan toko juga ikut tergerus karena pandemi Covid-19. Semoga corona segera berlalu agar dunia usaha kembali bergairah. (jelita/hm09)

Related Articles

Latest Articles