14.3 C
New York
Tuesday, April 30, 2024

Tangis Ibu Pecah, Bayi Penderita Kanker Hati Meninggal Saat Hendak Dibawa ke Klinik

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Cahaya Pardila, bayi berusia 4 bulan warga Jalan Sibolga, Kelurahan Karo, Kecamatan Siantar Selatan, Pematangsiantar mengembuskan napas terakhir, Kamis (4/2/21) pagi.

Seperti diberitakan Mistar.id, Senin (1/2/21) lalu, bayi perempuan tersebut mengidap penyakit ganas yaitu kanker hati atau biasa disebut Atresia bilier. Cahaya adalah anak bungsu dari 4 bersaudara, buah hati Nurianti (30) yang hanya berprofesi sebagai buruh cuci dan Sapardi (40) buruh serabutan.

Kedua orangtua Cahaya mengaku, tak mampu membiayai biaya operasinya yang mencapai ratusan juta rupiah. Tangis Nurianti pun pecah saat mengetahui kenyataan anak yang dilahirkannya meninggal dunia dalam gendongnya di perjalanan menuju klinik yang terdekat. “Saat itu, aku dan suamiku rencananya mau bawa Cahaya ke klinik terdekat. Tapi tidak jadi, sebab saya merasakan nafas anakku sudah tidak ada lagi. Anakku sudah tidak ada lagi, kak,” ucapnya dengan nada sedih, Jumat (5/2/21).

Baca Juga:Bayi 4 Bulan Derita Kanker Hati, Butuh Uluran Tangan

Wanita itu bercerita bahwa bayinya sehari sebelum meninggal dunia, Nurianti membawanya ke rumah bidan yang membantunya ketika persalinan anaknya itu. Ketika tiba di tempat tujuan, bidan menyarankan agar Nurianti tidak perlu melakukan operasi pada anaknya. Sebab, bidan tersebut melihat penyakit Cahaya masih bisa disembuhkan tanpa melakukan operasi.

Padahal, Nurianti sudah melakukan Ultrasonografi atau USG, hasilnya sudah dilihat salah satu dokter spesialis anak dan dinyatakan positif kanker dan harus dioperasi secepatnya. Firasat apapun tidak ada ketika itu.

“Bidan tersebut mengusap seperti minyak herbal ke perut anakku yang sakit itu. Dan bidan itu memberi kami sebotol minyak herbal untuk dioleskan ke perut anakku. Malamnya, Cahaya menangis sekuat-kuatnya sambil meronta. Sepertinya dia kesakitan sekali. Air matanya tidak ada yang keluar, namun dia tidak mau diam dan terus meronta,” jelasnya.

Hingga tengah malam, bayinya tidak mau minum sedikitpun. Bahkan ASI yang diberikan sang ibu ditolaknya. Anaknya selalu menjerit tidak mau menyusu langsung dari ibunya.

Baca Juga:Jenny Ong Mengabdi Untuk Anak Penderita Kanker

“Akhirnya, sampai keesokan paginya, kami ada uang sedikit, dan langsung membawa Cahaya ke puskesmas ataupun klinik terdekat. Akan tetapi kehendak Tuhan berkata lain, ajal keburu menjemput dia di tengah perjalanan. Tadi malam, aku didatangi almarhum anakku itu dalam mimpi. Dia ingin ku peluk dan akan kugendong. Tapi, Cahaya menjauh, keadaan di sekitarnya gelap sekali. Akupun menangis dan terbangun, lalu sadar kembali, bahwa bayiku tidak ada lagi disamping ku malam itu,” kata Nurianti sambil menghapus air matanya.

Perlu waktu baginya untuk menyadari bahwa kehendak Tuhan adalah yang terbaik. Ibu mana yang kuat merasakan sedih karena ditinggal anak yang dicintainya. Tak mudah bagi Nurianti dan suaminya, tatkala buah hati tercintanya pergi karena penyakit kanker hati di usianya yang masih sangat kecil. “Hanya bisa pasrah sama Tuhan. Dalam hatiku aku berkata mungkin Tuhan punya rencana lain. Ini merupakan jalan yang terbaik, dia akan lebih bahagia di sana,” sebutnya. (yetty/hm12)

Related Articles

Latest Articles