11.1 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Fitri, Sang Ibu yang Tegar Rawat Anaknya Berpenyakit Pengapuran Otak, Epilepsi dan Lumpuh Otak

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Kasih ibu kepada anaknya memang tak lekang oleh waktu. Pengorbanan seorang ibu kepada anaknya juga tak bisa digantikan oleh apapun juga.

Itulah yang dilakukan Fitri (35) warga Jalan Narumonda Bawah Kecamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar, wanita yang sehari-hari hanya berjualan sayur-sayuran di Pasar Dwikora.

Ketika itu, Fitri adalah salah satu yang mendapat bantuan sembako menjelang Lebaran dari para donatur di Kota Pematangsiantar. Mistar pun berkesempatan berbincang dengannya.

Fitri bercerita pada Mistar, sambil sesekali mengusap air liur yang keluar dari mulut atau pun cairan yang mengalir dari hidung seorang anak yang dipangkuannya. Anak itu adalah anaknya yang bernama Arikin Permana yang berusia 4 tahun.

Baca Juga:Memilukan! Dua Anak Kecil Ini Kehujanan, Kedinginan dan Kelaparan di Samping Kantor DPRD Medan saat Tengah Malam

Fitri tidak jauh beda dengan para orang tua lainnya yang menginginkan buah hatinya mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. “Tapi Arikin tidak tumbuh normal seperti anak seusianya. Kata dokter, anak kami mengalami tiga penyakit, yaitu pengapuran otak, epilepsi, dan lumpuh otak,” ucapnya tidak kuasa membendung lelehan air matanya.

Secepatnya ia hapus, dia tidak ingin Arikin yang dipangkuan melihatnya menangis. Menurut alodokter.com, cerebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada gerakan dan koordinasi tubuh.

Arikin lahir secara prematur tanggal 17 April 2017 pada salah satu rumah sakit di Sibolga. Setelah tiga hari lahir, Arikin jatuh sakit dan mengalami kejang demam atau penyakit step.

Meski sudah berusia 4 tahun, Arikin sampai saat ini masih kesulitan berkomunikasi. Apabila membutuhkan sesuatu, Arikin hanya bisa merengek kepada Fitri yang setia berada di sampingnya jika tidak berjualan.

“Kami numpang dirumah ibu saya. Arikin punya saudara satu lagi dirumah. Jadi, kalau saya jualan, ibu saya yang menjaganya,” jelas dia. Fitri juga menerangkan, tak banyak aktivitas yang dapat dilakukan Arikin di rumah.

Baca Juga:Polsek Medan Baru Santuni Anak Yatim dan Buka Puasa Bersama

Arikin tak bisa duduk, hanya bisa berbaring sambil mengguling-gulingkan badannya. Sesekali, kepalanya menengadah ke atas dengan mata melotot lirik sana sini, dan mulut yang terbuka.

Arikin juga harus diberi obat setiap hari agar tidak meronta kesakitan. Setiap selesai diberi obat, Arikin kembali bisa tenang. Fitri terus berupaya maksimal membawa Arikin berobat, meski terkadang harus pinjam sana sini.

Pasca berpisah dengan suaminya sejak umur Arikin setahun, Fitri memang harus berjuang sendiri membesarkan kedua buah hatinya. Meski demikian, Fitri tak lantas menyerah begitu saja membesarkan anaknya.

“Bapaknya bilang tidak sanggup dan malu memiliki anak seperti Arikin. Dia pun pergi begitu saja dan menyuruh saya yang mengurus Arikin,” kata Fitri yang mengaku sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dengan suaminya.

Baca Juga:Polsek Medan Baru Santuni Anak Yatim dan Buka Puasa Bersama

Ia juga mengaku tidak mengetahui keberadaan bapak dari anaknya tersebut. Dengan kondisi ekonomi yang terbatas, Fitri dengan sabar mengurus buah hati kesayangannya. Getirnya kehidupan tidak mematahkan semangat Fitri untuk terus berjuang mengasuh anaknya.

Fitri tentu ingin anaknya bisa sama seperti orang lain. Menginginkan agar sang buah hati kelak menjadi anak yang cerdas dan gemilang seperti anak seusianya. Minimal bisa mendapatkan pendidikan.

Namun lagi-lagi, kata Fitri, faktor ekonomi menjadi kendala bagi dirinya menyekolahkan Arikin di sekolah khusus. “Saya hanya bisa berdoa pada Tuhan, untuk memberikan yang terbaik buat Arikin di masa depan,” katanya sambil menatap anaknya, kemudian Arikin membalasnya dengan senyuman yang hangat.(yetty/hm10)

Related Articles

Latest Articles