28.7 C
New York
Thursday, May 9, 2024

Reformasi Peternakan Babi di China Picu Mahalnya Tahu dan Tempe

Jakarta, MISTAR.ID

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan memperkirakan, pada tahun lalu pihak memperkirakan produksi kedelai di Argentina dan Brasil akan meningkat. Namun, proyeksi itu diperkirakan akan meleset.

Produksi kedelai Argentina dan Brasil yang turun membuat China beralih membeli dari Amerika Serikat (AS). Sementara, kebutuhan kedelai perajin tahu tempe biasanya dipasok dari AS.

Kemendag Indonesia mengungkapkan, salah satu alasan tahu dan tempe langka di Indonesia salah satunya adalah karena adanya reformasi peternakan babi di China.

Baca Juga:Mahalnya Harga Kedelai Bikin Beban UMKM Semakin Berat

China dilaporkan melakukan reformasi peternakan babi setelah hancur akibat wabah demam babi Afrika di kisaran pertengahan tahun 2018, dan meluas di seluruh China di tahun 2019. Wabah itu bahkan menyerang peternakan babi di dalam negeri.

Perombakan itu diperkirakan membutuhkan banyak pasokan kedelai, salah satu bahan baku pakan ternak.

“Nah begitu reformasi peternakan babi dibikin, SOP yang bagus maka butuh kedelai banyak untuk pakan babi. Sehingga, China ini memborong kedelainya,” kata Oke Nurwan, seperti dikutip Detikfinance, Sabtu (26/2/22).

Baca Juga:Kedelai Disebut Tidak Cocok Ditanam di Simalungun, Ini Tanggapan Kadis Pertanian

“China beralih ke Amerika diborong. Kedelai kita itu untuk tahu tempe biasanya dari Amerika. Karena diborong harga melonjak, ditambah pandemi,” ujarnya. Dia menuturkan, pandemi telah mengerek biaya logistik yang berkontribusi juga pada kenaikan harga kedelai.

“Pandemi itu biaya logistik naik empat kali lipat. Sehingga harga kedelai naik, dan jatuhnya kedelai di kita naik,” terangnya. Indonesia yang bergantung 80-90% pasokan kedelai impor, tentu saja terkena imbasnya langsung. Terutama, perajin tahu dan tempe di Tanah Air, yang membutuhkan sekitar 3 juta ton kedelai setiap tahunnya.

Lonjakan harga kedelai bahkan membuat perajin tahu dan tempe bersiap melakukan aksi mogok produksi. Dan, meminta izin pemerintah untuk menaikkan harga jual agar tidak diprotes konsumen.

Baca Juga:Dongkrak Produksi Kedelai di Sumut, Dinas TPH Bantu Benih untuk 3.049 Hektar

Sebagai informasi, harga kedelai dunia mengalami lonjakan. Situasi ini tentu akan berdampak besar bagi industri tempe dan tahu domestik yang didominasi skala rumah tangga.

Merujuk pada situs tradingeconomics, harga kedelai berfluktuasi di rentang US$15 per bushel (sekitar 27,21 kg) setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak Mei 2021 di kisaran US$16 per bushel.

Situasi ini telah membuat industri tempe dan tahu ketar ketir. Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia Aip Syarifuddin mengatakan 20% atau 30 ribu perajin tahu dan tempe telah setop produksi.(cnbc/hm10)

 

Related Articles

Latest Articles