10.4 C
New York
Sunday, April 28, 2024

SMRC: Andai Dicalonkan Golkar, Ganjar Pranowo Ubah Peta Partai

Medan, MISTAR.ID

Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali melalui eksperimental jelang Pemilu 2024. Jika dicalonkan oleh Partai Golongan Karya (Golkar), SMRC mendapati Ganjar Pranowo akan mengubah peta dukungan partai politik.

Pendiri SMRC Prof Saiful Mujani mengatakan, pihaknya melakukan survei eksperimental untuk menilai efek calon presiden (Capres) terhadap perolehan suara partai Golkar.

Ada tiga tokoh yang dipilih dan diperlakukan sebagai treatment yakni Airlangga Hartarto, Ganjar, dan Erick Thohir.

“Airlangga dimasukkan karena dia sebagai ketua partai. Ganjar karena ada diskusi di kalangan Golkar untuk diusung calon. Sementara Erick adalah politikus non-partai yang selama ini sudah melakukan sosialisasi,” ujar Saiful dalam keterangannya yang diterima MISTAR.ID, Kamis (17/11/22).

Baca Juga:Mendaftar Secara Online, Calon PPS dan PPK Pemilu 2024 Harus Punya Akun Gmail

Tokoh-tokoh lain yang sudah dideklarasikan oleh partai lain tidak dimasukkan, seperti Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

Di antara Ganjar, Erick Tohir dan Airlangga, ditemukan bahwa Ganjar memiliki efek positif pada penguatan suara Golkar.

Jika Golkar mencalonkan Ganjar sebagai presiden, Golkar mengalami penguatan dari 11 persen menjadi 17 persen suara.

“Ini menunjukkan Ganjar bisa menaikkan suara partai Golkar, jika dia dicalonkan,” katanya.

Baca Juga:KPUD Sumut Bakal Rekrut 20.605 Petugas Ad Hoc untuk Pemilu Serentak 2024

Saiful menjelaskan, selama ini dalam pelbagai survei, PDIP mendapatkan suara selalu melampaui perolehan pada Pemilu 2019.

Menurut dia, salah satu unsur suara PDIP tersebut adalah pendukung Ganjar. Jika Ganjar dicalonkan atau pindah ke partai lain, sebagian suara PDIP juga pindah.

“Jadi kalau Ganjar dicalonkan oleh Golkar, dia mengajak (sebagian) pemilihnya pergi ke Golkar,” kata Saiful.

Saiful menyatakan, bahwa jika Golkar mencalonkan Ganjar, peta kekuatan politik partai mengalami perubahan, di mana kekuatan Gerindra, PDIP dan Golkar menjadi berimbang.

Baca Juga:Wakil Presiden Minta Masyarakat Jangan Bermusuhan Saat Pemilu 2024

Saiful memberi catatan agar PDIP perlu berhati-hati dengan hasil temuan ini. Kalau PDIP ingin menjaga suaranya, mereka harus hati-hati dengan fakta ini.

“Jangan sampai Ganjar diambil oleh partai lain,” pesannya.

Saiful mengatakan, Ganjar Pranowo adalah figur yang relatif terbuka. Jika ada penjelasan yang meyakinkan, dia bisa saja pindah ke partai lain.

Namun demikian, kata Saiful, hal semacam itu tidak terlalu baik dalam konteks pendidikan politik.

“Orang yang sudah berkarir dalam partai politik begitu panjang, seharusnya tetap ada di partai tersebut. Jangan justru sudah ada di puncak, lalu dia keluar. Itu tidak baik untuk penguatan sistem kepartaian yang ada di Tanah Air,” jelasnya.

Baca Juga:Kapolsek Jajaran Polres Tebing Tinggi Ikut Sosialisasi Peran Ormas dalam Pemilu

Saiful menilai, PDIP memiliki kepentingan agar suara dukungannya besar. Karena itu, menjadi logis dan bijaksana apabila partai ini mempertimbangkan secara lebih serius calon presiden PDIP.

“Jika tidak, PDIP bisa kena getahnya atau dampak negatifnya. Dalam banyak survei, suara PDIP selalu nomor satu. Tapi ketika Ganjar tidak ada di PDIP, peta dukungan berubah dan PDIP tidak lagi ada di posisi teratas. Faktor Ganjar sangat kuat dan bisa mengubah peta politik nasional,” jelas Guru Besar Ilmu Politik UIN Jakarta tersebut.

Dalam treatment nama Airlangga dimasukkan sebagai Capres, hasilnya partai Golkar mendapatkan 13 persen suara. Ada kenaikan dua persen dari hasil variabel kontrol, tapi tidak signifikan.

Menurut Saiful, kenaikan dua persen ini tidak cukup signifikan untuk menyatakan pencalonan Airlangga memiliki efek positif pada perolehan suara Golkar.

Baca Juga:Permudah Distribusi Logistik Pemilu 2024, KPU Berencana Beli Helikopter dan Mobil Taktis

“Namun penting di garisbawahi, setidak-tidaknya pencalonan Airlangga tidak memiliki efek negatif,” ucapnya.

Dalam treatment selanjutnya, nama Erick dimasukkan sebagai Calon presiden Golkar, suara partai ini juga tidak mengalami perubahan. Dalam variabel kontrol, Golkar mendapatkan 11 persen suara.

Menurut Saiful, ini adalah logis karena Erick bukan kader partai. Erick tidak punya gerbong yang bisa dibawa, dan dia adalah pendatang baru dalam politik yang tidak memiliki efek untuk memperbesar Golkar jika diusung menjadi calon presiden.

“Berbeda dengan Ganjar yang sudah sangat lama di PDIP. Dia juga Gubernur Jawa Tengah yang merupakan kantong PDIP. Ganjar bahkan dua kali terpilih sebagai gubernur di provinsi tersebut. Karena itu, wajar kalau Ganjar pindah, maka ada pengikutnya yang besar,” pungkasnya.

Baca Juga:Hasil Verifikasi Faktual 9 Parpol Peserta Pemilu 2024 di Sumut akan Dilaporkan ke KPU RI

Survei ini sendiri dilakukan dalam format wawancara tatap muka pada 3-9 Oktober 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum.

Dari populasi itu, dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate sebesar 1027 atau 84%. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar±3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

Adapun metode eksperimental untuk menguji efek pencalonan presiden terhadap elektabilitas partai dilakukan dengan membagi responden secara acak ke dalam empat kelompok (kontrol, treatmen 1, treatment 2 dan treatmen 3), dan setiap responden mendapat satu pertanyaan sesuai kelompoknya.(ial/hm10)

Related Articles

Latest Articles