26 C
New York
Thursday, May 9, 2024

KPPU Terus Awasi Mahalnya Harga  Minyak Goreng

Medan, MISTAR.ID

Hingga saat ini, Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah I Medan masih terus melakukan pengawasan terkait mahalnya harga minyak goreng.

Mahalnya harga minyak goreng ini dikarenakan harga dasar CPO yang masih tinggi. “Informasi mahalnya CPO ini juga telah kita terima. Apalagi di Malaysia ada penurunan produksi CPO nya. Ketika mereka pandemi banyak tenaga kerja atau TKI yang dipulangkan. Sehingga untuk pengolahan CPO nya berkurang 8%,” kata Kepala KPPU Kanwil I Medan Ridho Pamungkas, Selasa (7/12/21).

Ditambahkan Ridho, karena pengolahan CPO tidak hanya untuk pengolahan minyak goreng saja terdapat produk turunan lain seperti kosmetik, sabun dan sebagainya.

“Salah satunya untuk bio solar jadi memang kenaikannya terjadi karena mengikuti kenaikan CPO dunia yang meningkat. Maka ini terus kita waspadai dan awasi. Apakah nantinya pelaku usaha memanfaatkan kenaikan ini dengan mengambil margin yang sangat tinggi dibanding biaya produksi. Itu yang terus kita awasi,” terangnya.

Baca Juga:KPPU Kanwil I Intensifkan Pengawasan Perkebunan Kelapa Sawit

Masih kata Ridho, meski Indonesia khususnya Sumut sebagai salah satu produsen CPO, namun harga yang menentukan dari Malaysia.

“Seharusnya ketika kita menjadi produsen CPO kita juga harusnya menikmati dengan naiknya harga CPO ini. Tetapi karena memang kita tidak membangun hirilisasi di sektor ini jadi kita lebih banyak menjual dalam bentuk CPO dan disana baru diolah. Maka kita tidak banyak menikmati dari kenaikan harga ini,” ungkapnya.

Dengan naiknya harga minyak curah yang saat ini, Ridho berharap harga minyak kemasan bisa di kontrol oleh pemerintah. Terpisah, Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengungkapkan harga minyak goreng cetak rekor sejarah. Sebab tidak ada yang menduga kalau minyak goreng curah bisa mencapai harga Rp18.000 hingga Rp22.000 ribu per Kg nya.

Baca Juga:Pupuk Mahal, KPPU Sebut Akibat Penahanan Barang dari Eksportir

Padahal sebelumnya harga minyak goreng sempat bertahan dikisaran angka Rp8.000 dan minyak goreng kemasan dikisaran Rp11.0000 per Kg.

“Namun di tahun 2021 ini, harga minyak goreng berubah dengan kenaikan angka yang sangat signifikan. Pemicu utamanya adalah  kenaikan harga CPO yang menyentuh 5.000 ringgit per tonnya. Padahal sebelumnya harga CPO kerap tertahan kenaikannya di kisaran angka 2.300 an ringgit per ton. Kenaikan harga CPO tersebut menjadi asal muasal lonjakan harga minyak goreng yang membuat konsumen khususnya para ibu rumah tangga menjerit,” jelasnya.

Harga CPO memang naik lebih dari 100% ditahun 2021 ini. Demikian halnya juga dengan harga produk turunannya minyak goreng, yang juga melompat lebih dari 100%.

Selain konsumen, kenaikan harga minyak goreng ini tentunya membebani sejumlah pengusaha kecil khsuusnya usaha kuliner. Dan pemicu kenaikan harga CPO itu sendiri lebih dikarenakan oleh tren konsumsi CPO yang meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi global.

Baca Juga:KPPU Akan Panggil Perusahaan Minyak Goreng di Sumut

“Dimana bukan hanya CPO saja yang mengalami kenaikan. Beberapa komoditas pangan dunia lainnya juga mengalami kenaikan, termasuk juga tren harga komoditas energy salah satunya minyak dunia. Hal inilah yang memicu kekuatiran adanya kenaikan harga pangan seiring dengan mulai pulihnya ekonomi global, ditambah dengan mulai meredanya kasus yang dipicu oleh Covid-19,” sebutnya.

Akan tetapi tantangan kedepan untuk pengendalian harga minyak goreng masih berupa jalan terjal. Minyak goreng jelas telah memicu terjadinya inflasi di Indonesia.

Tetapi untuk meredam harga minyak goreng kedepan bukanlah perkara mudah. Mengingat bahan baku minyak goreng dari tanaman sawit, ini merupakan komoditas ekspor sekaligus menjadi bahan baku yang memiliki varian produk turunan, termasuk salah satunya diperuntukkan sebagai bahan campuran bio diesel atau solar.

“Jika dikaitkan dengan varian Covid-19 yang baru atau Omicron, justru harga CPO berpeluang untuk turun. Karena Covid-19 beserta mutasinya kerap membuat ekspektasi pemulihan ekonomi memudar. Dan bisa menjadi indikasi pengurangan konsumsi CPO dimasa yang akan datang. Selain itu, pemicu kemungkinan penurunan harga CPO adalah penurunan harga komoditas lainnya khususnya energy (minyak dunia), dan adanya pasokan yang melimpah,” tukasnya.(anita/hm10)

Related Articles

Latest Articles