15.4 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Kasus Murid SD Ditikam Paman Kandung di Sunggal, PKPA: Sekolah Harus Ramah Anak

Medan, MISTAR.ID

Peristiwa nahas yang menimpa murid SD berusia 11 tahun berinisial SRB yang ditikam hingga tewas oleh paman kandung korban bernama Rahmat (32) di sekolah korban di SD Baiti Jannati, Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Selasa (9/8/22) pagi mendapat kecaman dari berbagai pihak.

Salah satunyaYayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA), kejadian kekerasan anak yang sekaligus merenggut nyawa anak SRB terjadi tepat di jam sekolah dan lingkungan sekolah dan juga disaksikan oleh teman-teman korban.

“Kami turut berbela sungkawa atas kejadian ini dan sangat menyayangkan kejadian ini yang terjadi di waktu jam sekolah, di lingkungan sekolah dan di hadapan adik-adik sekolah. Semoga adik-adik yang menyaksikan segera lekas pulih dari trauma mendalam yang mereka rasakan. Sehingga kami dari tim PKPA sedang melakukan koordinasi untuk melakukan trauma healing pada adik-adik di sekolah tersebut,” kata Direktur Eksekutif Yayasan PKPA, Keumala Dewi yang dihubungi MISTAR.ID, Rabu (10/8/22).

Baca juga: Hari Anak Nasional, CLC Rekomendasi Draf Perda Perlindungan Anak 2022 Cegah Kekerasan

Menurut Keumala, bisa membaca dari kronologis kejadian disebutkan pelaku mempunyai gangguan kesehatan mental dan membuatnya sangat nekat untuk menikam anak tersebut. Akan tetapi terlepas dari itu, Keumala berharap kedepannya kewaspadaan pihak sekolah untuk memastikan anak-anak bisa belajar dengan aman dan nyaman di sekolah tanpa ada ancaman bahkan hal-hal seperti ini.

Disebutkan Keumala, memang kejadian ini bukan situasai yang pertama kali terjadi dan bukan di tempat yang sama. Sebab ia pernah membaca dan melihat berita dimana anak juga diserang sedang belajar dan terjadi di daerah Pulau Jawa.

“Maka titik benang merahnya ini adalah situasi itu terjadi ketika di sekolah, anak sedang belajar dan bagaimana pelaku ini bisa masuk ke lingkungan sekolah juga sebab ketika masuk ke lingkungan sekolah tidak bisa orang sembarangan masuk tanpa ada izin dari pihak manajemen sekolah,” kata dia.

Menurut dia, tentunya ini menjadi evaluasi mendalam dari manajemen sekolah, termasuk juga satuan dinas pendidikan atau Kementerian Agama bila sekolahnya sekolah Islam untuk bisa melakukan penguatan kapasitas sekolah ramah anak.

Penguatan kapasitas sekolah ramah anak tersebut, bukan hanya terkait dengan fasilitas dan sarana prasarana ramah anak. Tetapi sistem perlindungan anak di sekolah juga menjadi bagian sekolah ramah anak.

Baca juga: Batu Bara Targetkan Raih Kota Layak Anak Kategori Pratama

“Itu menjadi penting. Kalau bisa itu menjadi agenda capacity building, penguatan kapasitas dan penguatan fasilitas prasarana dan sarana untuk memastikan anak-anak ini aman untuk belajar. Itu yang kita harapkan menjadi langkah kedepannya setelah adanya kejadian ini,” ungkapnya.

Di sisi lain, ia juga berharap pelaku yang kini menjadi buronan segera dapat ditemukan pihak kepolisian sehingga diketahui apa motif dari pelaku meski sudah diketahui memiliki gangguan kesehatan mental.

“Jadi isu kesehatan mental ini juga harus menjadi perhatian bagi pemerintah setempat. Karena orang-orang yang memiliki gangguan kesehatan mental tidak hanya membahayakan orang lain tetapi juga dirinya sendiri dan orang di sekitarnya. Artinya, harus menjadi prioritas pemerintah untuk menjadikan program yang menyasar orang-orang memiliki kecenderungan gangguan kesehatan. Jangan udah kejadian baru peduli,” bebernya.

Baca juga: Plt Wali Kota Siantar Ajak Masyarakat Berempati pada Anak Berkebutuhan Khusus

Dikatakannya, di situasi pandemi Covid-19 ini dan masalah ekonomi memicu orang-orang memiliki risiko gangguan kesehatan mental meski berbeda satu yang lainnya. Maka bisa melakukan pemberdayaan masyarakat baik kader-kader PKK, Posyandu dan lainnya untuk mengidentifikasi masalah sosial di masyarakat.

“Diharapkan pemerintah juga responsif menindaklanjuti adanya temuan-temuan ini. Mungkin saja pelaku ini satu diantara banyaknya masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental yang disebabkan narkoba, atau karena krisis ekonomi atau juga krisis pandemi yang tidak membuat menderita fisik tapi penderitaan mental yang memiliki efek berbeda pada setiap orang,” katanya. (anita/hm09)

Related Articles

Latest Articles