13.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Gelegar Payung Nusantara Siantar Gelar Workshop Bertemakan Budaya Nusantara

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Komunitas Budaya Sanggar Lukis Qalam Jihad bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menggelar Workshop “Budaya Nusantara”, Sabtu (6/11/21) di kampung Tematik, Jalan Tongkol, Gang Muhajir, Kelurahan Pardomuan, Kecamatan Siantar Timur, Kota Pematangsiantar.

Workshop ini merupakan salah satu rangkaian acara di Gelegar Payung Nusantara. Event yang menyuguhkan kekayaan seni budaya daerah yang dikemas dalam sebuah pertunjukan Senin melukis di atas sebuah payung berwarna putih.

Para pembicara yang hadir di workshop tersebut adalah mereka seniman berbakat yang pastinya sudah tidak asing lagi di dunia seniman. Seperti Gom Tobing, Eko Suzatmiko dan Zainal Abidin Lubis, serta dari dunia pendidikan untuk seni melukis pada tingkat anak-anak yaitu Nur Aswita.

Baca Juga:Gelegar Payung Nusantara Pajang Hasil Karya 100 Pelukis di Gang Tematik Siantar

Dalam Workshop yang dipimpin Guido sebagai moderator berjalan lancar. Meski acara tersebut harus disaksikan secara online di kanal YouTube Sanggar Lukis Qalam Jihad. Pasalnya, panitia terpaksa membatasi jumlah pengunjung yang hadir dikarenakan masih suasana pandemi dan tetap harus menjaga protokol kesehatan secara ketat.

Menurut Eko, tema yang diangkat pada acara Gelegar Payung Nusantara ini sangat unik. Peserta yang ikut lomba di semua kategori bersaing dan berlomba-lomba untuk memberikan hasil karyanya yang terbaik yang dipertunjukkan secara virtual.

“Sebenarnya, tingkat kesulitan melukis di atas payung lebih susah dibandingkan melukis di tempat biasa. Mereka juga harus membuat cerita melalui lukisannya masing-masing. Peserta pun mulai mencari tentang budaya Indonesia. Mau tak mau, peserta harus membaca ataupun mengetahui tentang budaya-budaya di Indonesia,” kata Eko sembari memperlihatkan teknik melukis di atas payung.

Selain itu, tambah Gom Tobing, dengan adanya kegiatan seperti ini dapat menggairahkan kembali jiwa seni masyarakat Kota Pematangsiantar. Dimana, hampir dua tahun akibat pandemi Covid-19, para seniman tersebut harus vakum dari berbagai kegiatan perlombaan.

Baca Juga:Juri Gelegar Payung Nusantara Bingung Cari Pemenang, Mayoritas Karya Seni Itu Bagus

Saat ini dengan adanya acara Gelegar Payung Nusantara, bisa memacu kembali adrenalin jiwa seni mereka untuk bangkit dan lebih maju lagi untuk mengukir prestasi.

“Untuk meningkatkan dan mengharumkan kota ini, seharusnya pemerintah daerah harus terus mendampingi mereka (para seniman). Dengan cara memberi ruang ataupun membuat event yang dapat membantu para seniman berbakat tersebut mengetahui sampai sejauh mana tingkat kemampuannya,” terang pria yang tak asing lagi di dunia seni melukis, apalagi melukis kartun, baik lokal maupun nasional.

Tak jauh beda dengan pendapat Gom, Nur Aswita juga mengatakan tanpa adanya dukungan dari orang tua maupun pemerintah daerah setempat, maka acara kegiatan seperti lomba melukis Gelegar Payung Nusantara tidak akan berjalan dengan lancar.

Maka dari itu, tema yang dibuat oleh Komunitas Budaya Sanggar Lukis Qalam Jihad yakni “Budaya Nusantara” sangat berkesinambungan pada dunia pendidikan. Dengan melukis, peserta diajak untuk mengetahui budaya Indonesia terutama budaya leluhurnya masing-masing.

Baca Juga:Melirik Persiapan Acara Gelegar Payung Nusantara

“Jadi, anak sekarang lebih mementingkan gadget dan permainan (game). Tapi, dengan diadakan acara seperti ini, mau tak mau peserta harus mengeksplor dan mencari tahu tentang budaya. Disinilah, nilai plus yang kami lihat di acara Gelegar Payung Nusantara ini,” papar wanita yang juga sebagai Kepala TK Aisyiyah Bustanul Athfal di Kota Pematangsiantar ini.

Sementara itu, kata Zainal Abidin Lubis, bahwa berbudaya itu perlu. Sebelum berbudaya, maka seseorang itu harus beradab dahulu. Itu makanya, para orang tua diharapkan agar mengajar “adab” yang baik pada anak-anaknya.

“Dengan melukis seperti ini, peserta juga mengetahui bahwa dahulu kala, para leluhurnya ataupun nenek moyang masing-masing menekankan yang namanya “adab” tadi. Adab itu merupakan bagian dari berbudaya. Dengan mengajar budaya pada anak kita, maka mudah-mudahan yang namanya “kenakalan” bisa diatasi dengan ajaran adab dan sopan santun yang baik pula,” tegas pemilik Komunitas Budaya Sanggar Lukis Qalam Jihad itu. (yetty/hm12)

Related Articles

Latest Articles