6.4 C
New York
Sunday, March 24, 2024

“Tahu Kuning Balige” Mengejar Peluang Bisnis di Masa Pandemi

Toba, MISTAR.ID

Masa pandemi covid-19 yang hingga saat ini masih berkepanjangan, sepertinya tidak menyurutkan niat Edward Jhonatan Tambunan membuka usaha home industri dengan produknya “Tahu Kuning Balige”.

Home industri milik Edward berada di sebuah dusun di Desa Tambunan Sunge, Kecamatan Balige Kabupaten Toba.

Edward yang masih melajang ini, adalah putra daerah setempat yang selama ini tinggal bersama orangtuanya serta menimba ilmu di Jakarta, pulang kampung dan berkeinginan berusaha.

Baca Juga:Membuka Peluang Emas Bisnis Peternakan Lebah Madu

Lulus dan memperoleh gelar Sarjana Manajemen Bisnis dari Universitas Kristen Indonesia angkatan 2018 lalu, kini dia menyalurkan ilmunya dengan membuka usaha tahu kuning di kampung halamannya.

Berorentasi dari studi banding yang diperolehnya selama di Jakarta dan Bandung, menurut Edu (panggilan akrabnya) dan keyakinan nalurinya, dia mencetuskan ide untuk membuka usaha memproduksi tahu kuning atas pertimbangan hingga saat ini produk itu belum ada di Toba.

Demikian disampaikan Edu saat dikunjungi Mistar di tempat usahanya Jumat (23/10/20). Anak ke 4 dari 5 bersaudara ini, yang hingga saat ini belum melepas masa lajangnya, cukup ramah dan akrab saat menuturkan niat bisnisnya.

Baca Juga:Langkah Efektif Memulai Bisnis Kuliner di Masa Adaptasi Baru

“Ya bang, dengan pertimbangan belum ada yang memproduksi tahu kuning di Toba, saya mencobanya,” ujarnya.

“Cukup fantastis, kami baru 2 minggu memasuki pasar, puji Tuhan sudah memproduksi sekira 1.800 pieces tahu setiap harinya,” imbuhnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, pemasaran hasil produk selain di beberapa pasar tradisional di Toba, juga sudah merambah beberapa pasar di kabupaten tetangga, diantaranya Kabupaten Taput dan Humbang Hasundutan.

Baca Juga:Bisnis Buku Bekas, Pendeta Ini Mampu Beli Ruko Harga Miliaran Tiap Tahun

Tahu kuning ala Bandung dan Jakarta yang identik dengan rasa garamnya dan aroma kunyit, yang sekaligus menjadi pewarna dan pengawet, tahu kuning ini dapat bertahan selama 5 hari.

“Tahu ini dapat bersaing di pasar-pasar tradisional di daerah ini,” sebut Edu.

Disamping itu, tahu kuning saat digoreng tidak susut seperti tahu putih, namun tetap pada teksturnya.

“Semoga usaha ini ke depannya langgeng dan lebih diterima di pasar,” ujar Edu yang mempekerjakan 3 orang warga Desa setempat sebagai pekerja dalam memproduksi “Tahu Kuning Balige”.(james/hm01)

Related Articles

Latest Articles