4.6 C
New York
Monday, March 25, 2024

Early Warning System, Belajar dari Bencana Banjir di Tebing Tinggi 

Tebing Tinggi, MISTAR.ID

Banjir di Tebing Tinggi begitu dahsyat. Kondisi tersebut oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dikategorikan sebagai bencana. Bagaimana tidak, Banjir merendam 5 kecamatan selama 2 hari. Bahkan 2 hari sebelumnya, hujan deras sudah mulai menggenangi rumah warga. Kondisi ini mengingatkan kita pada kejadian serupa yang pernah terjadi di tahun 2001 yang meluluh lantakan kota lemang tersebut.

Tetapi ada pembelajaran yang bisa dipetik dari kejadian ini. Bahwa bencana ini tidak menimbulkan korban jiwa. Padahal banjir terjadi pada dini hari, tepat di mana orang-orang sedang nyenyak tidur.

“Early warning system berjalan,” ujar Wali Kota Tebing Tinggi Umar Zunaidi Hasibuan dalam perbincangan santai kami di waktu sore, Selasa (1/12/20) usai mendistribusikan bantuan 25 ton beras dari perusahaan STTC, serta bantuan dari beberapa perusahaan dan masyarakat.”System ini merupangan peringatan, pemberitahuan lebih awal, sehingga alhamdulillah tidak ada masyarakat yang meninggal dunia,”

Baca juga: BNPB: Korban Banjir Tebing Tinggi Capai 8.368 KK

Wali Kota didampingi Kepala Badan Pengendalian Bencana Daerah ( BPBD ) Tebing Tinggi Wahit Sitorus.

Dari system warning inilah mereka mengetahui bahwa banjir akan menghantam Kota Tebing Tinggi.

“Jam 8 malam kita sudah mendapat informasi bahwa sungai padang akan meluap. System warning diperoleh dari Polsek Sipispis ke Polres Tebing-Tinggi,” ujar Wahit Sitorus.

Dari informasi tersebutlah, Pemerintah Tebing Tinggi terus bekerja. Sytem Warning membutuhkan waktu 6-8 jam, hingga air sampai ke titik terendah di Tebing Tinggi.

Baca juga: PT STTC Serahkan 25 Ton Beras Dan Roti Bantu Korban Banjir Tebing Tinggi

Semua kanal informasi digunakan, mulai dari HT, Radio Siaran, Toa Masjid dan lainnya.  Jumat dini hari tepatnya Jam 01.00  WIB air mulai masuk merembes ke rumah warga di pinggir aliran sungai padang. Warga terus bergerak saling memberitahukan warga lainnya.

“Kami bergerak menggedor pintu pintu rumah warga untuk menyelamatkan diri dan menyelamatkan surat surat penting, Harta benda sudah dibiarkan, yang terpenting menyelamatkan anak- anak,” ujar Khairul salah seorang warga Kecamatan Rambutan, yang merupakan tempat terparah terdampak bencana banjir ini.

Tepat jam 03.00 WIB air sudah naik semakin tinggi, namun warga sudah melakukan evakuasi diri ke tempat tempat yang lebih tinggi.

“Saya sendiri sempat bingung, air bahkan sempat masuk ke rumah saya yang tidak biasanya, padahal saat itu saya sedang mengurusi korban banjir lainnya,” ujar kepala BPBD ini ikut merasakan kepanikan pada kejadian tersebut.

Selain system warning, yang tidak kalah penting menurut Wali Kota Tebing Tinggi adalah kerja sama yang baik dengan Polri dan TNI serta unsur masyarakat. Kerjasama ini diperkuat dengan pelibatan masyarakat yang sudah diberi pemahaman tentang penanggulan dan tanggap darurat.

Kesiapan Pemerintah

Banjir memang tidak dapat dielakan di Kota Tebing Tinggi yang merupakan wilayah lekukan, apa lagi saat ini debit air hujan begitu tingginya. Sebagai wilayah hilir mereka akan menerima banjir kiriman dari hulu, lebih lagi resapan di wilayah gunung tak mampu menahan debit air.

Wali Kota Tebing Tinggi Umar Zunaidi Hasibuan, saat menerima bantuan dari STTC di rumah dinas. (F: Rika/mistar)

Wali Kota Tebing Tinggi Umar Zunaidi mengatakan bahwa sungai Padang yang meluap itu adalah sungai yang besar, maka Pemko Tebing Tinggi akan meminta kepada pemerintah provinsi untuk melakukan normalisasi sungai. Karena sungai ini adalah kewenangan pemerintah pusat..

“Kita meminta bantuan kepada pemprovsu untuk menanggulangi banjir Tebing.  Kita meminta agar tanggul-tanggul yang ada diperbaiki, ditinggilkan. Kemudian dilakukan normalisasi sungai dengan cara pengerukan sungai, serta memperbaiki pintu-pintu air, agar tidak menumpuk sampah dan bisa beroperasi aktif dan tidak masuk ke pemukiman penduduk” ujar Umar Zunaidi.

Menurut Umar Zunaidi, Saat ini ada tanggul 100 meter di Jalan Ikhlas yang bobol. Hal tersebutlah yang menyebabkan 4 kelurahan yang terpapar banjir yang luar biasa, padahal selama ini tidak pernah banjir. 4 Kelurahan itu adalah Kelurahan Tanjung Marulak, Lalang, Rantau Laban dan Mekar Santosa. Sedangkan 17 kelurahan yang terkena lainnya ini berada di sisian aliran Sungai Padang terkena luapan, namun selama ini memang tidak memiliki tanggul.

Ia mengakui, debit air yang terjadi pada tahun ini justru lebih hebat dibandingkan dengan debit air yang terjadi saat bencana banjir di tebing tinggi pada tahun 2001.

Sementara itu, Pengamat Lingkungan Jaya Arjuna menanggapi bencana banjir yang terjadi di Sumatera utara. Ia mengakui adanya siklus cuaca yang terjadi menimbulkan banjir. Namun menurutnya banjir juga bisa disebabkan oleh melemahnya kempuan hutan yang menyerap air hujan sudah tidak ada. Hutan fungsinya mengatur tata air

“air yang terserap ke bumi kurang, kemudian air yang turun ke bumi laangsung mengalir ke laut. Sementara volume air berputar dengan cepat, langsung turun ke hilir ke laut, itu yang menyebabkan terjadi banjir dan longsor,” ujar Jaya Arjuna,

Jaya Arjuna menambahkan untuk mengurangi resiko terjadinya banjir, hal terpenting adalah dengan memperbaiki hutan. Sehingga sebaiknya pengelolaan hutan tetap harus dibatasi.

(Rika/hm06)

 

Related Articles

Latest Articles