15.9 C
New York
Sunday, May 19, 2024

Lucunya Anak-anak RA Khodijah di HUT RI, Tak Mengerti Apa Itu Juara yang Penting Dapat Hadiah

Simalungun, MISTAR.ID

Suasananya sangat lucu sehingga membuat kita tak sanggup menahan tawa, itulah yang terjadi ketika menyaksikan kegembiraan anak-anak usia dini saat merayakan HUT RI ke 75 di sekolah Raudhatul Athfal (RA) Khodijah di Kampung Dalam, Nagori Rambung Merah, Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun, Senin (17/8/20).

Dipandu guru dan orang tua murid untuk mematuhi protokol kesehatan mencegah Covid-19, anak-anak itu dengan asyiknya meluapkan kegembiraan mereka mengikuti berbagai lomba yang diselenggarakan pihak sekolah.

Pada saat lomba membawa kelereng menggunakan sendok, lomba makan kerupuk yang digantung dengan tali setinggi dagu, serta membawa air menggunakan gelas plastik dari ember yang satu ke ember lainnya, suasana yang terekam tak lain hanya kegembiraan.

Nara (baju merah), satu dari puluhan anak yang membuat orang tua dan para guru tertawa. Karena diacungin jempol gurunya dengan dua jempol, juara 3 makan kerupuk ini malah mengaku juara 1 kepada orang tuanya. Alasannya? diacungin dua jempol.(foto:maris/mistar),

Baca Juga: DPR Setuju Sederhanakan Kurikulum Pendidikan

Lucunya lagi, di antara anak-anak yang berlomba, sebagian besar bersorak bahagia sambil tertawa sembari berlari tergopoh-gopoh, sementara sebagian di antara anak-anak itu malah ada yang menangis.

Mereka menangis bukan karena dimarahi oleh guru ataupun orang tuanya, tapi karena mereka tertinggal di belakang saat berlomba.

Hati ini terasa begitu indah, berada di antara anak-anak yang begitu polos, tak ada ekspresi kepura-puraan di wajah mereka.

Baca Juga: Anak Harus Lebih Sering Menatap Layar Selama Pandemi, Orangtua Tidak Perlu Khawatir

Demikian juga ketika menyaksikan lomba makan kerupuk, dimana anak yang satu dengan anak yang lainnya, saling mendongak untuk melahap kerupuk yang tergantung sebatas dagu anak-anak yang ikut berlomba.

Anak-anak yang ikut lomba Mom & Kids, dari kiri ke kanan, juara 3, juara 2 dan juara 1 foto bersama orangtuanya.(foto:maris/mistar)

Siapa yang lebih cepat menghabiskan kerupuk, tentu dialah yang akan menjadi juara, disusul juara dua dan tiga yang berhasil memakan kerupuknya sampai hanya tinggal tali.

Kita yang menyaksikan-pun ikut cekikikan, dimana semangat anak yang satu dengan semangat anak lainnya tak mau kalah, agar cepat menghabiskan kerupuknya, kerupuk yang tergantung itu malah dipegang pakai tangan kemudian memakannya. Kriuk-kriuk, kerupuk pun habis ditelan.

Baca Juga: Mencegah Sampah Jadi Sampah, Jabusihol Didik Anak-anak Kelola Sampah

Sontak keluguan anak-anak itu membuat yang menyaksikan tertawa terbahak-bahak.

Kelucuan semakin memuncak ketika Kepala Sekolah RA Khodijah, Nur Afuad SPdI mengumumkan nama-nama para juara.

Seorang anak, yang mendapat juara 3 makan kerupuk, malah dengan gembiranya mengatakan kepada orangtuanya (ibunya) bahwa dia juara 1.

“Ibu guru Nara tadi jempol dua ma. Nara juara satu ma,” ujarnya lugu memaksudkan jempol dua dari para gurunya itu sebagai pertanda juara 1.

Baca Juga: Maksimalkan Potensi Anak Di Tengah Waktu Luang

Bocah lugu ini, tidak tahu apa itu juara 1, 2 maupun 3. Yang penting bagi mereka, mendapatkan hadiah dari berbagai lomba itu diartikan sebagai juara.

Demikian juga seorang bocah lainnya, ketika ditanya juara berapa, mereka kompak mengatakan mereka juara, tanpa menjelaskan juara berapa, sembari memperlihatkan hadiah yang mereka terima.

Kepala Sekolah RA Khodijah, Nur Afuad saat berbincang dengan wartawan, ikut terkekeh karena merasa lucu melihat tingkah lugu semua anak-anak didiknya.

“Semua dapat hadiah pak, bagi kita bagaimana anak-anak tetap merasa bahagia. Yah, kita harus memberi mereka semua hadiah, agar tidak ada yang merasa tidak diperhatikan. Mendidik anak-anak seusia mereka hanya butuh perhatian, bukan harus jadi juara,” ujar ibu yang akrab disapa dengan panggilan bu Nora itu.

Mendidik anak-anak usia TK atau RA imbuh Nora, tidak sama dengan metode mendidik pelajar SD, SMP dan SLTA.

Anak usia RA lanjut dia, sangat membutuhkan sentuhan-sentuhan dan pendekatan hati, layaknya hubungan seorang orangtua dengan anaknya.

Membeda-bedakan anak yang satu dengan anak lainnya, hal itu ujarnya, akan sangat mengganggu mental dalam masa pertumbuhannya.

“Anak tidak boleh diberlakukan berbeda antara yang satu dengan yang lain. Makanya, semua kita berikan hadiah, jadi tidak harus juara yang mendapat hadiah,” ujar ibu guru lainnya menimpali.

“Mendidik anak butuh kesabaran, dan seorang guru seperti kami harus mampu memposisikan diri tidak saja sebagai guru bari mereka, tapi juga sebagai ibu dari si anak didik itu,” ujar Nora mengakhiri wawancara.(maris/hm02)

Related Articles

Latest Articles