15.4 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

DPR Setuju Sederhanakan Kurikulum Pendidikan

Jakarta | MISTAR.ID – Wakil Ketua Komisi X dari Partai Golkar, Hetifah Sjaifudian menyoroti isi pidato peringatan Hari Guru 2019 yang diunggah oleh Menteri Kebudayaan Nadiem Makarim.

Diketahui, dalam teks pidato tersebut, Nadiem lebih banyak menyinggung tentang masalah pendidikan. Salah satunya kurikulum yang padat menghalangi proses kegiatan belajar mengajar.

Menurutnya, dalam kurun lima tahun terakhir sekolah dibebani untuk merelisasikan dua kurikulum yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 (K-13). Sehingga masih banyak sekolah yang sedang menyesuaikan diri dengan isi kurikulum. Selain itu juga keterbatasan teknologi informasi menjadi hambatan dua kurikulum terealisasikan.

Untuk itu kata dia, dibutuhkan kepastian kurikulum untuk menjawab kebutuhan pendidikan kedepannya. “Untuk memaksimalkan guru dalam konteks pendidikan, di samping penguatan kompetensi, hal yang harus dilakukan adalah kepastian kurikulum yang berkelanjutan, tentu kurikulum yang komprehensif menjawab kebutuhan pendidikan ke depan.

Terobosan perlu dilakukan dalam dunia pendidikan di Indonesia, khususnya menjadikan guru sebagai instrumen pendidikan yang determinan (sangat menentukan),” kata Hetifah kepada wartawan, Minggu (24/11/19).

Penyederhanaan kurikulum memang sangat dibutuhkan di dunia pendidikan, kata Hetifah. Kalaupun memang, Nadiem akan merubah kurikulum, ia berharap Nadiem merubahnya sesuai dengan kebutuhan di dunia pendidikan.

“Kalau menurut saya tetap perlu adanya penyesuaian kurikulum. Meskipun memang banyak kritik yang menganggap jangan lagi ganti-ganti kurikulum karena penerapannya memakan biaya banyak. Mungkin tidak mengubah, tapi lebih disesuaikan beberapa hal. Misal untuk pendidikan karakter, metode-metodenya diubah lebih ke learning by experience (belajar dari pengalaman), dan lainnya. Juga penambahan pendidikan Pancasila. Saya rasa Mas Nadiem nanti akan lebih banyak menyederhanakan dibanding menambah kerumitan,” tutur Hetifah.

Sebelumnya, prihatin dengan kondisi pendidikan di Indonesia, Mendikbud Nadiem Makarim mengeluarkan isi hatinya melalui tulisan yang dituangkan untuk pidato dalam rangka memperingati Hari Guru 2019 yang jatuh pada tanggal 25 November besok. Pidato itu kemudian ia unggah dalam website Kemendikbud dan ditujukan kepada seluruh guru di Indonesia.

Persoalan Utama

Peneliti LIPI Anggi Afriansyah mengaku sepakat dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarin yang ingin merombak kurikulum pendidikan.
“Persoalan utama di pendidikan itu adalah tentang rumitnya kurikulum. Kalau bicara pendidikan, Indonesia mengalami perubahan berulang mengenai kurikulum, ada KTSP sampai sekarang Kurikulum 13,” ujar Anggi melalui sambungan telepon, kemarin.

“Saya juga minta agar kita semuanya mendukung reformasi besar-besaran di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan juga di Kemenag,” kata Presiden Jokowi dalam rapat terbatas Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Kantor Presiden Jakarta, Kamis, 31 Oktober 2019.

Anggi mengatakan, kurikulum di Indonesia tidak memperhatikan kualitas kondisi sosial dan keberagaman di Indonesia. “Padahal itu amanat UU Sisdiknas yang harusnya berprinsip tidak diskriminatif. Tapi kenyataan tidak ada penerapan seperti itu,” tutur Anggi.

Kemudian, Anggi melanjutkan, kondisi guru juga tidak sepenuhnya mendidik peserta didik, karena dibebankan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). “Jadi mau mengajar membuat RPP dulu, padahal ketika mengajar, RPP-nya tidak digunakan semuanya. Jadi tidak hanya bicara satu sisi saja,” kata Anggi.

Menurut Anggi Mendikbud tidak bisa membangun pendidikan sendiri, tapi harus bekerja sama dengan Pemda. Kurukulim itu masuk di Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) khususnya Bab X tentang Kurikulum pasal 36, 37, dan 38.

“Harus juga bekerja sama dengan Pemda yang punya wewenang juga mengenai infrastruktur,” lanjutnya.

Anggi berharap Nadiem bisa membawa sesuatu yang baru di Indonesia. “Karena merombak kurikulum adalah terobosan dari presiden. Dan Nadiem kan bukan orang yang berasal dari ekosistem pendidikan, tapi diharapkan membawa hal baru, tapi kembali lagi bahwa Indonesia itu beragam, sehingga harus melihat aspek keberagaman itu,” kata Anggi.

Dan yang terpenting, Anggi berujar, jangan sampai terjebak dengan pola pikir mengenai pendidikan yang siap menciptakan peserta didik untuk kerja, tapi harus diperhatikan juga dari segi sosial impact-nya.

Sumber: cnn/tempo
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles