18.6 C
New York
Tuesday, April 30, 2024

Yuk, Kelola Uang THR untuk Investasi 

Medan, MISTAR.ID

Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 H yang tinggal menghitung hari, sudah banyak masyarakat yang sibuk mempersiapkan baju Lebaran, kue-kue kering dan belanja berbagai pernak-pernik sampai perabot baru pengisi rumah.

Pertanyaannya, ada nggak ya yang berpikir untuk mengalokasikan uang Tunjangan Hari Raya (THR) untuk berinvestasi? Dikatakan Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara (Sumut) Muhammad Pintor Nasution, tentunya saat ini para pekerja kantoran punya uang lebih dalam bentuk THR dari perusahaan masing-masing.

Begitupun, para entrepreneur sedang banyak keuntungan, misalnya penjual kue Lebaran, baju, kain dan lain-lain yang berlimpah pesanan di masa ini.

“Nah, bagaimana kalau keuntungan usaha dan THR itu dialokasikan sepertiganya untuk dana investasi. Dengan mengalokasikan dana investasi dari THR, 30% saja, otomatis tidak mengganggu biaya kebutuhan rutin. Dan sisanya 70% masih bisa digunakan untuk memenuhi keinginan dan berbagi selama Lebaran,” kata Pintor, Senin (10/5/21).

Baca Juga:Perkuat Sektor Investasi di Sumut

Dijelaskannya, akan lebih ringan menyisihkan uang THR untuk investasi dibanding menggunakan pemasukan tiap bulan. Karena, kalau rutin dilakukan setiap tahun, lama-lama nilai investasi akan menggunung dalam jangka panjang.

“Jadi, investasi ini dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan di masa depan, karena nilai uang di masa depan bisa menurun akibat inflasi (kenaikan harga barang dan jasa). Jika hanya menabung, bisa jadi nilai uang yang disimpan sulit untuk mencukupi kebutuhan di masa nanti, misalnya 10 atau 20 tahun lagi. Contoh, saat ini harga satu unit kendaraan sejenis MPV sekitar Rp200 juta. Misalnya, kita mau membeli mobil MPV sepuluh tahun lagi. Berarti setiap tahun dari sekarang kita akan menabung Rp20 juta. Coba kita bayangkan, 10 tahun kemudian, ketika uang kita sudah terkumpul Rp200 juta, apakah harga mobil MPV masih sama? Mungkin saja saat itu harga MPV sudah melonjak menjadi Rp300 juta. Artinya, nilai uang yang kita miliki akan tergerus inflasi. Kerja keras menyimpan uang di tabungan menjadi tidak berarti,” bebernya.

Sambungnya lagi, salah satu cara untuk membuat nilai uang tetap sama dengan nilai uang di masa depan adalah dengan berinvestasi. Sementara, menabung tujuannya untuk mempersiapkan dana likuid dalam jangka pendek.

Baca Juga:BNI Siantar Bungkam Tentang Putusan PN Medan Atas Kasus Investasi Bodong Koperasi

Uang di tabungan semestinya betul-betul hanya untuk penyimpanan uang kebutuhan sehari-hari sampai dengan setahun saja. Berapa besar angka inflasi tahunan? Tergantung dari jenis barang atau jasa.

Bisa berbeda-beda. Inflasi umum pada bulan April 2021 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 1,42% (yoy). Angka ini fluktuatif setiap tahun. Sebelum pandemi, angka inflasi jauh lebih tinggi karena daya beli masyarakat yang lebih tinggi pula.

Bahkan, inflasi untuk kelompok barang yang pergerakan harganya cukup bergejolak (volatile goods), seperti bahan makanan tertentu, kenaikannya melampaui inflasi umum, yaitu sebesar 2,73% (yoy).

Baca Juga:Dukung SWF, Jepang Siapkan Investasi 4 Miliar Dolar AS untuk Indonesia

“Sekarang pertanyaannya, kemana sebaiknya kita mengalokasikan dana investasi agar mendapatkan hasil sama atau melebihi kenaikan harga atau inflasi tersebut? Pada masa lalu, orang tua atau kakek-nenek kita biasa mengatasi inflasi dengan membeli emas atau tanah. Ketika ada kebutuhan di masa depan, mereka menjual emas dan aset tanah. Namun, berinvestasi dalam bentuk barang atau tanah tentu tidak mudah,” ungkapnya.

“Apalagi jika ada kebutuhan yang sifatnya mendadak atau segera. Di masa modern saat ini, ada pilihan investasi yang lebih praktis dan likuid (mudah diuangkan), yakni dengan membeli reksa dana di manajer investasi maupun saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), atau biasa disebut dengan investasi portofolio. Saham atau reksa dana yang dibeli sebagai investasi, bentuknya berupa bukti kepemilikan elektronik, sehingga tidak susah disimpan,” sebutnya lagi.

Bahkan, ditambahkannya, saham atau reksa dana mudah dijualbelikan di BEI. Setiap hari ada transaksi jual dan beli di pasar saham. Harga yang terbentuk juga berdasarkan harga penawaran dan permintaan melalui sistem perdagangan, sehingga tidak perlu repot menentukan harga. Bandingkan dengan menjual aset tanah yang bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan untuk menemukan harga dan pembeli yang cocok.(anita/hm10)

Related Articles

Latest Articles