17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

Banyak Dijual di Pasar Gelap, Trenggiling Jawa di Indonesia Terancam Punah

Jakarta, MISTAR.ID

Sunda pangolin atau trenggiling Sunda, dikenal juga sebagai trenggiling Jawa atau trenggiling Malaya. Trenggiling Jawa di Indonesia, keberadaannya terus terancam punah karena sering dijual di pasar gelap. Trenggiling adalah hewan mamalia bersisik tebal yang melapisi seluruh tubuhnya. Bernama latin Manis javanica, namun nasib hewan trenggiling ini tidak semanis namanya.

Sebab, trenggiling adalah salah satu hewan yang paling banyak diburu dan dijual di pasar gelap untuk diambil sisiknya. Dikutip dari situs resmi World Wildlife Indonesia (WWF), yang dipublikasikan pada 28 Februari 2019 lalu, trenggiling merupakan salah satu hewan yang paling diminati di pasar gelap dan Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi tempat asal distribusi dan pasar penjualan satwa liar ini.

Di China, daging dan sisik trenggiling dikonsumsi dan dimanfaatkan sebagai obat. Tak heran jika hewan pemalu ini banyak diburu untuk diambil bagian tubuhnya, terutama sisik tebalnya. Tingginya angka perburuan dan perdagangan satwa liar trenggiling ini, telah membuat mamalia pemakan semut ini terancam punah.

Baca juga: Seekor Trenggiling Dikembalikan ke Kawasan Hutan di Tapteng

International Union for Conservation of Nature (IUCN) Pangolin Specialist Group memperingatkan bahwa trenggiling Jawa atau trenggiling Sunda di Indonesia akan terancam punah di alam liar, jika aktivitas perburuan ilegal dan perdagangan satwa ini tidak segera dihentikan.

Pandai Memanjat Pohon

Manis javanica atau trenggiling Sunda atau trenggiling Jawa adalah spesies terancam punah. Sama seperti spesies lain trenggiling di Asia dan Afrika, mamalia ini diburu untuk diambil sisik dan dagingnya.

Dikutip dari National Geographic, memiliki tubuh bersisik tebal, pangolin atau trenggiling menggunakan sisik mereka untuk melindungi diri dari ancaman pemangsa seperti macan tutul. Saat terancam, trenggiling akan meringkuk, membentuk bola, sehingga sisik mereka akan membentuk bola dan melindungi perut mereka dari ancaman predator.

Namun sayangnya, meski mekanisme pertahanan ini bisa melindungi mereka dari pemangsa, tetapi strategi tersebut justru memudahkan manusia menangkap mereka, yang pada akhirnya trenggiling Jawa maupun spesies trenggiling lainnya diburu dan menjadi kian terancam punah.

Baca juga: Polda Sumut Gagalkan Penjualan 150 Kg Sisik Trenggiling Seharga Ratusan Juta

Trenggiling Jawa adalah spesies trenggiling yang paling banyak tersebar di Asia, dan persebaran hewan mamalia ini sebagian besar ada di kawasan Asia Tenggara, termasuk di sejumlah wilayah di Indonesia.

Meski tampak sama dengan sebagian besar spesies trenggiling yang ada di Asia dan Afrika, namun ada sedikit perbedaan antara trenggiling Jawa dan trenggiling Asia lainnya, terutama dari China.

Trenggiling Jawa memiliki lebih sedikit baris sisik di punggung mereka, serta ekor yang lebih panjang dan cakar kaki depan yang lebih pendek dibandingkan spesies trenggiling Asia lainnya. Selain itu, trenggiling Jawa juga pandai memanjat pohon untuk dapat mencapai sarang semut, lalu menggunakan ekornya yang dapat memegang atau melingkar kuat di cabang pohon.

Di siang hari, trenggiling Sunda atau trenggiling Jawa ini akan tidur di lubang pohon atau liang. Trenggiling Jawa terancam punah Seperti spesies trenggiling lainnya, trenggiling Jawa juga merupakan hewan yang cenderung penyendiri, pemalu dan lebih aktif di malam hari. Trenggiling terancam punah, baik spesies trenggiling Asia maupun Afrika.

Baca juga: Polres Taput Tangkap Pelaku Jual Beli Sisik Trenggiling Bernilai Miliaran Rupiah

Berdasarkan survei pemburu di berbagai bagian wilayah, trenggiling ini jauh lebih sulit ditemukan, yang menunjukkan jumlah trenggiling Sunda telah menurun secara signifikan. Pada saat populasi trenggiling Asia menurun, maka para pedagang satwa liar akan mengalihkan perhatian mereka pada trenggiling Afrika.

Perdagangan komersial internasional kedelapan spesies trenggiling telah dilarang di bawah Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah pada tahun 2016. (kompas/hm09)

Related Articles

Latest Articles