9.4 C
New York
Friday, March 29, 2024

Waspadai Ancaman Krisis Pangan di Masa Pandemi

Medan, MISTAR.ID
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, selain membuat roda ekonomi dunia bergerak mundur (minus) juga membuat sejumlah negara di belahan dunia memikirkan untuk menyelamatkan dapurnya masing-masing.

Seperti langkah yang diambil Vietnam sebagai negara penghasil beras terbesar di dunia, yang membatasi ekspornya pada Maret dan April tahun ini, menjadi kabar yang cukup membuat khwatir.

“Ada tiga lembaga yang memberikan kekhwatiran terkait dengan kemungkinan terjadinya kekurangan makanan atau food shortage. Tiga lembaga itu adalah FAO, WHO dan WTO. Tiga lembaga ini menyatakan bahwa akan ada masalah pangan, jika banyak negara tidak mampu mengendalikan penyebaran corona dengan baik,” ungkap Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin, Kamis (25/6/20).

Praktisi di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) ini menuturkan, Indonesia pada dasarnya juga masih membutuhkan negara lain dalam menyediakan sebagian kebutuhan pangan.

Baca Juga:Krisis Pangan Mengancam Indonesia

Seperti bawang putih, bawang bombay, kacang tanah, kedelai, termasuk beras, sebagian juga harus didatangkan dengan cara impor.

“Bila belajar dari tahun 98, sejumlah penelitian menyebutkan, bahwa Indonesia memiliki ketahanan pangan yang baik meskipun dilanda krisis keuangan. Dan saya menilai, sekalipun jika nantinya sejumlah negara menutup ekspor bahan pangannya, Indonesia juga masih memiliki ketahanan pangan yang mumpuni. Meksipun saya menggaris bawahi bahwa pemerintah harus mampu menyediakan kebutuhan pangan mendasar terlebih dahulu yakni beras. Selebihnya, saya pikir merupakan kebutuhan pangan substitusi yang bisa digantikan,” jelasnya.

Lanjutnya, respon pemerintah terkait dengan potensi adanya krisis pangan juga sudah dilakukan. Ada 3 kementerian yang kini tengah difokuskan untuk pengembangan tanaman pangan (food state) di wilayah Kalimantan tengah.

“Meski demikian, pemerintah juga harus menyadari bahwa setiap provinsi di Indonesia ini juga bergantung dari provinsi lain dalam menyediakan kebutuhan pangannya. Misalkan, Sumut masih membutuhkan bawang merah dari wilayah Jawa Tengah, dan untuk beras Sumut juga kerap bergantung dari Jawa Barat bahkan hingga ke Sulawesi,” sebutnya.

Jadi perlu ada dorongan juga kepada pemerintah daerah agar mengamankan stok bahan pangannya dengan cara tanam mandiri atau dengan bekerjasama dengan provinsi lain. Sumut seharusnya bisa mengembangkan tanaman bawang merahnya secara mandiri.

Baca Juga:Ini Cara Leluhur Sunda Selamatkan Warga di Krisis Pangan

Selain itu, kebijakan PSBB yang sangat ketat juga membuat distribusi dan logistik juga mengalami masalah. Jadi kebijakannya harus komprehensif. Bukan hanya dari sisi penyediaan saja, tetapi juga mempertimbangkan distribusinya.

“Maka, kita harus segera bersiap manakala banyak negara yang lebih mementingkan urusan perutnya sendiri dan membatasi ekspornya ke negara lain dengan alasan apapun. Jangan sampai rumitnya urusan penyebaran corona ini justru diperburuk dengan penyediaan kebutuhan pokok yang bermasalah di tengah masyarakat kita. Meskipun sampai detik ini saya masih optimis kita akan mampu terhindar dari kemungkinan buruk masalah pangan dunia tersebut. Namun kita jangan terlena juga, kita harus tetap waspada sejak dini,” pungkasnya. (anita/hm10)

Related Articles

Latest Articles