27.4 C
New York
Friday, May 3, 2024

Belajar Daring Dinilai Tidak Efektif, Minta PTM Digelar

Medan, MISTAR.ID

Sesuai jadwal, hari ini Senin (23/8/21), masa berakhirnya PPKM level 4 di luar Jawa-Bali setelah beberapa kali mengalami perpanjangan, termasuk Kota Medan dan beberapa daerah di Sumatera Utara.

Kebijakan itu pun berdampak luas ke berbagai sendi kehidupan masyarakat, khususnya segi perekonomian. Banyaknya pengusaha yang menutup usahanya, membuat para pekerja terpaksa kehilangan pekerjaan. Dampak dari itu semua, bukan hanya jumlah pengangguran yang bertambah, angka kemiskinan juga mengalami kenaikan.

“Namun di balik semua itu, satu hal yang sekarang sepertinya diabaikan pemerintah. Yakni mengenai nasib generasi muda harapan bangsa di masa depan, yang kini duduk di bangku sekolahan,” ungkap Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) LSM Forum Masyarakat Pemantau Negara (Formapera), Yudhistira dalam siaran beritanya, di Medan, Senin (23/8/21).

Baca Juga:Pembelajaran Tatap Muka Mulai Digelar di Kota Tebing Tinggi

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, lanjutnya, terus memaksakan bagaimana anak-anak itu bisa terus belajar secara daring (online), tanpa pernah memikirkan bagaimana mencari formula atau solusi agar mereka bisa belajar secara efektif di masa pandemi Covid-19.

“Kami tegaskan, belajar daring sangat tidak efektif. Mungkin kalau tingkat SMA atau kuliah, mereka mulai terbiasa dengan teknologi, tapi tidak dengan anak-anak SD atau SMP yang mulai memasuki masa transisi. Sebaliknya, belajar daring bagi anak SD dan SMP malah justru merusak mental dan konsentrasi mereka,” tegas pria yang akrab disapa Yudis ini.

Bagi anak-anak usia SD dan SMP, mereka cenderung memahami jika android atau sejenisnya, hanya sebagai sarana bermain internet yang menawarkan berbagai aplikasi, khususnya games yang membuat pola pikir mereka dalam menyerap pelajaran buyar.

Baca Juga:Persiapan PTM, Satgas Covid-19 Siantar Ajak Semua Pihak Lawan Covid-19

“Saya juga punya anak. Mungkin hampir rata-rata, setiap tugas daring itu yang mengerjakannya ibu-ibu mereka. Itu termasuk menjadi keluhan istri saya sendiri. Ini yang mestinya dipikirkan Presiden Jokowi,” ujarnya.

Dia juga meminta Menteri Pendidikan Nadiem Makarim untuk tidak terlalu sibuk menggelontorkan anggaran yang tidak jelas.

“Beli laptoplah, beli inilah, buat itulah, tapi justru ujung-ujungnya mencurigakan. Coba bijaklah berpikir soal nasib anak-anak. Kami paham Covid-19 merupakan sesuatu yang serius, tapi hancurnya generasi bangsa, jelas juga menjadi ancaman serius yang ada di depan mata kita,” tandasnya.

Baca Juga:Disdik Simalungun Minta Sekolah Maksimalkan Pembelajaran Daring

Yudis juga meminta Gubsu Edy Rahmayadi dan Wali Kota Medan Bobby Nasution lebih peduli.

“Beberapa kali tersiar di media, Gubsu Edy janji pembelajaran tatap muka (PTM) akan dimulai Mei 2021, tapi batal. Lalu bilang lagi awal Juli 2021, tapi batal lagi. Jangan biasakan PHP-in anak-anak Pak,” ucap Yudis kesal.

Baca Juga:Ada Sekolah Gelar PTM Secara Sembunyi, Disdik Siantar: Jangan Main-main dengan Perwa

Pria berlatar belakang jurnalis ini juga mengaku sedih dengan kondisi anak-anak yang terpaksa ‘putus sekolah’ karena keadaan.

“Banyak anak-anak usia sekolah yang sekarang ngemis di lampu merah atau mereka jadi badut, manusia silver karena gak bisa sekolah sekalian membantu orangtua mereka yang mungkin saja kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Kami tahu penanganan Covid-19 sangat sulit. Tapi pendidikan juga menjadi tulang punggung untuk menentukan arah nasib negeri ini ke depan,” pungkas Yudis. (sembiring/hm14)

Related Articles

Latest Articles