5.8 C
New York
Friday, April 26, 2024

Peneliti AS Sebut Ada Risiko Radang Jantung Pasca Vaksin Kedua Corona

New York, MISTAR.ID
Menurut laporan CNBC International, Jumat (11/6/21), pada Mei ada 275 laporan kasus radang jantung, miokarditis atau perikarditis. Padahal ilmuwan hanya berharap muncul 10 hingga 102 kasus saja.

Bahkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menyebut, ada risiko radang jantung pasca vaksin kedua corona pada di kelompok usia 16 hingga 24 tahun.

Meski jarang, CDC juga melaporkan 475 kasus miokarditis atau perikarditis pada penerima vaksin di AS di kelompok umur 30 atau lebih muda. Mereka kebanyakan dirawat di rumah sakit (81%) dan sulit sembuh dari gejala yang muncul.

Dalam laporan di tanggal yang sama, 15 orang masih dirawat bahkan tiga berada ICU.
“Kami jelas memiliki ketidakseimbangan di sana,” kata Dr. Tom Shimabukuro dari Kantor Keamanan Imunisasi CDC dalam pertemuan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait dari Administrasi Makanan dan Obat (FDA).

Baca Juga:Penyuntikan Vaksin Dosis 2 Bagi Lansia Berlanjut di Puskesmas Borbor Toba

CDC mengatakan, kejadian ini rata-rata ditemukan empat hari setelah penerima vaksin menerima suntikan kedua. Meski begitu CDC masih mengkategorikan kejadian ini sebagai kasus yang sangat jarang terjadi.

“Kasus-kasus itu sebagian besar terjadi pada remaja dan dewasa muda dan biasanya terjadi dalam empat hari setelah mendapatkan suntikan,” kata CDC.

CDC mengoordinasikan penyelidikannya dengan FDA yang bulan lalu mengesahkan vaksin Pfizer-BioNTech untuk remaja usia 12 hingga 15 tahun. Hingga saat ini tim dari keduanya masih mencari tahu hubungan vaksin dengan peradangan itu.

“Kami masih belum tahu apakah ini benar-benar terkait dengan vaksin,” kata Dr Peter Marks, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA pada 27 Mei lalu.

Baca Juga:Vaksinasi Guru di Simalungun Belum Tuntas, SD 80 Persen dan SMP 50 Persen

AS hanya menggunakan tiga merk vaksin, yakni Pfizer-BioNTech, Moderna, dan satu dosis Johnson & Johnson (J&J). Moderna kemarin mengajukan izin agar vaksinnya boleh digunakan ke anak dan remaja.

Sebelumnya, vaksin AstraZeneca, meski cukup efektif untuk memberikan perlindungan terhadap Covid-19, dapat menimbulkan efek samping. Di antaranya pembekuan darah dan penurunan jumlah trombosit atau keping darah.

Dalam beberapa kasus, tapi sangat jarang sekali terjadi, penerima vaksin AstraZeneca ada yang meninggal dunia.

Baca Juga:Wanita Tertua di Dunia Berumur 124 Tahun Divaksinasi Covid-19

Kasus kematian akibat vaksin AstraZeneca muncul di Australia. Negara ini kembali mencatatkan kematian kedua akibat pembekuan darah terkait vaksin Covid-19 Astrazeneca, yakni wanita 52 tahun dari New South Wales memiliki sindrom Trombositopenia atau TTS dan membentuk gumpalan darah di otak.

Regulator medis AS dan Eropa sebelumnya mengakui adanya keterkaitan antara vaksin AstraZeneca dengan kasus pembekuan darah yang langka. Kendati begitu ditekankan vaksin tersebut aman dan memiliki manfaat yang lebih besar ketimbang risikonya.

Vaksin AstraZeneca sendiri sudah mendapatkan izin emergency use listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Badan ini telah memberikan persetujuan penggunaan darurat pada vaksin AstraZeneca yang diproduksi di Korea Selatan, India, serta Uni Eropa.(cnbc/hm10)

Related Articles

Latest Articles