10.6 C
New York
Friday, April 26, 2024

Nurmala, Atlet Disabilitas Sebagai Relawan untuk ABK

Medan, MISTAR.ID

Atlet Nurmala (47) tidak hanya membuat bangga Sumatera Utara (Sumut) yang berhasil menyabet medali emas pada Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2021 di Papua beberapa waktu lalu. Sejak 1998, Ia sudah meraih banyak prestasi sebagai atlet paralimpik.

Kini, di sela-sela kesibukannya menyiapkan diri pada PON 2024, Nurmala dengan keterbatasannya mengabdikan diri sebagai relawan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Rizki Ananda, di Dusun VII Tanjung, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumut.

Saat disapa Mistar, perempuan yang mengenakan pakaian olahraga dan hijab coklat ini masuk ke ruang guru. Bergegas dia meletakkan tas ransel yang ada di pundaknya pada kursi. Mimik wajahnya ramah dan mengaku usai berlatih dari Universitas Negeri Medan (Unimed) tempatnya hari-hari berlatih lempar lembing dan lempar cakram.

Baca juga: Atlet Disabilitas Asahan Raih Perunggu di Kejuaraan Atletik Bahrain

PKBM Rizki Ananda sendiri, merupakan tempat belajar anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan latar belakang diagnosa anak dengan kondisi hiperaktif disorder, tuna wicara, tuna rungu, down syndrome, tuna grahita, hingga slow learner.

“Ada sekitar 27 anak disabilitas dengan usia 6 hingga 15 tahun yang mendapat kegiatan belajar pendidikan gratis disini. Ada 8 relawan termasuk saya yang mengasuh anak-anak ini,” sebut Nurmala, Jumat (12/8/22).

Lebih jauh Nurmala menuturkan, dia sudah melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut sejak sekolah ABK itu didirikan di tahun 2020.

“Saya awalnya ditawari oleh istri kepala desa. Penawaran yang diberikan lantaran melihat keaktifan saya sebagai atlet. Mau gak jadi relawan di sekolah untuk anak berkebutuhan khusus? Tanpa pikir panjang saya langsung terima meski disebutkan tidak ada gaji alias mengajar secara cuma-cuma. Dan bertepatan sekali dengan cita-cita saya untuk membuka wadah khusus anak disabilitas, ternyata gayung bersambut adanya sekolah ini,” cerita Nurmala.

Dalam mengajar anak-anak berkebutuhan khusus tersebut, ibu dua anak ini bercerita harus bisa membangun bonding atau ikatan pada anak-anak tersebut. Mulai dari membuat anak nyaman, tidak takut dan mau dekat dengan pengajar.

Baca juga: Indonesia Pimpin Peroleh Medali Emas di ASEAN Para Games 2022

“Di awal perkenalan kami membangun kepercayaan diri pada anak-anak ini. Tak ada tantangan menghadapi anak-anak ini lantaran saya juga sudah terbiasa dan juga tergabung dalam National Paralympic Committee (NPC), katanya.

Namun, jelasnya, tantangan yang nyata yang sering dihadapi adalah dari orangtua anak-anak ini. Pihaknya harus memberikan pengertian pada orang tua ini bahwa anak mereka disabilitas. Dan, disabilitas itu bukan yang terlihat dari fisiknya saja, tapi adanya gangguan mental pada anak juga termasuk disabilitas.

Dilanjutkan Nurmala, dalam mengajar anak-anak tersebut juga harus didampingi orangtuanya. Makanya harus bisa menyakinkan si orangtua bahwa anaknya memiliki kebutuhan khusus dan harus sabar mendampingi.

“Di sini belajar sambil bermain. Anak-anak diajak aktif bergerak dan belajar. Alhamdulillah banyak perubahan yang diperoleh bila memang benar-benar sabar untuk mendidik anak-anak ini,” sebutnya.

Baca juga: Program Bantuan Tunai untuk Penyandang Disabilitas dan Lansia Didukung DPRD Medan

Sementara itu, saat ditanyakan pada Nurmala apakah pernah mendapatkan diskriminasi pada dirinya sendiri. Nurmala berkata di lingkungannya ia tidak mengalami diskriminasi. Dia tidak merasa kekurangan fisiknya menjadi hambatan. Nyatanya, dia aktif sebagai atlet, guru juga di berbagai organisasi seperti BKOW Sumut dan di kantor desa tempat tinggalnya.

“Tetapi nyatanya hingga saat ini masih ada diskriminasi yang dialami para penyandang disabilitas lainnya. Bahkan mereka dianggap seperti sampah. Padahal, banyak sekali disabilitas yang mempunyai kemampuan dan berpendidikan. Namun kurangnya pemahaman sejumlah instansi yang masih membedakan hak-hak para disabilitas ini. Semoga kedepannya tak ada lagi diskriminasi pada penyandang disabilitas,” pungkasnya. (anita/hm09)

Related Articles

Latest Articles