10.1 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Suku Cimbu ‘Manusia Kerangka’ dari Papua Nugini, Simak Ceritanya

MISTAR.ID–Suku di Papua Nugini dikenal kaya dengan berbagai ragam adat dan budayanya. Selain suku Asaro yang dijuluki sebagai ‘manusia lumpur’ karena topeng tanah liat yang mereka gunakan, Papua Nugini juga punya suku yang tak kalah uniknya.

Seperti Suku Chimbu. Suku ini dikenal karena punya tradisi unik, mengecat seluruh tubuhnya layaknya kerangka manusia. Suku ini dijuluki sebagai ‘manusia kerangka’ dari Papua Nugini.

Dilansir Ripley, sebelumnya tak banyak informasi mengenai keberadaan Suku Chimbu karena mereka menetap di sebuah dataran tinggi terpencil di Papua Nugini.

Baca Juga: Tradisi Unik Tolak Bala Virus Corona di NTT

Bahkan mereka baru pertama kali berkontak dengan dunia barat pada 1934, ketika penjelajah Australia Michael Leahy dan James Taylor bertemu mereka dalam perjalanan untuk pemetaan.

Suku ini punya kebiasaan nyentrik, yaitu mengecat tubuh dengan motif kerangka. Konon, tradisi ini sudah dilakukan sejak lama dan sedari dahulu kala mereka sengaja berdandan seperti itu untuk mengintimidasi musuh.

Mengutip National Geograpchic, Suku Chimbu mengecat dirinya menggunakan material atau bahan-bahan dari alam. Mereka menggunakan tanah liat yang diambil dari sungai. Tanah liat tersebut lalu dicampur dengan air dan abu yang dibakar dari berbagai jenis kayu.

Baca Juga: Pernikahan Unik, dari Mandi Lumpur Hingga Menangis 30 Hari

“Itu adalah sebuah proses kreatif. Hal ini yang membuatku tertarik dengan bentuk lukisan kerangka di tubuh mereka dan bagaimana mereka bisa bersatu. Itu seperti sebuah puzzle manusia,” ungkap fotografer Roberto Falck yang berkunjung ke Desa Chimbu untuk melakukan liputan khusus untuk National Geographic.

Nama Chimbu sendiri berasal dari kata Simbu yang berarti terima kasih dalam dialek mereka. Itu adalah kata-kata yang diucapkan orang-orang Chimbu ketika pertama kali bertemu para penjelajah Australia. Hal inilah yang menyebabkan nama Chimbu dikenal hingga sekarang.

Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatknya interaksi dengan wisatawan, mereka mulai memadukan cat tubuh itu dengan tarian. Kini, Suku Chimbu juga bergabung dengan suku lain guna merayakan acara adat Sing Sing.

Baca Juga: Sanggar Seni Pusaka Aru Teater Garis, Lestarikan Budaya Lewat Tarian Adat

Wisatawan juga dapat menyaksikan pertunjukan budaya yang diselenggarakan di perbukitan Papua Nugini.

Selain festival bernyanyi yang ada di propinsi Chimbu, ada juga festival lain di Goroka dan Gunung Hagen. Festival Gunung Hagen dimulai pada tahun 1961, sedangkan acara Goroka pertama kali di selenggarakan pada tahun 1957.

Para peneliti layak berterima kasih pada Sing Sing. Berkat ritual ini, pengetahuan tentang Suku Chimbu atau manusia kerangka dapat digali lebih banyak lagi.(kumparan/hm02)

 

 

 

Related Articles

Latest Articles