7.4 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Vaksin Berbayar Ditunda, Harga Saham Kimia Farma Amblas Ke Zona Merah

Jakarta, MISTAR.ID

Setelah sebelumnya sempat melonjak, saham emiten farmasi pelat merah PT Kimia Farma Tbk (KAEF) langsung ambles ke zona merah pada awal perdagangan pagi ini, Selasa (13/7/21). Pada perdagangan sebelumnya, saham KAEF melonjak seiring adanya sentimen terkait manajemen Kimia Farma yang awalnya akan membuka program vaksinasi berbayar secara resmi mulai Senin kemarin.

Namun, pada Senin pagi, pihak Kimia Farma memutuskan untuk menunda waktu pelaksanaan program vaksinasi tersebut. Dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.25 WIB, saham KAEF anjlok 4,24% ke Rp 3.390/saham. Nilai transaksi saham KAEF tercatat sebesar Rp 37,65 miliar dengan volume transaksi 11,01 juta saham.

Kemarin, saham KAEF melesat 12,38% ke Rp 3.540/saham, memimpin kenaikan saham-saham farmasi, setelah 2 hari sebelumnya memerah.

Dengan ini, saham KAEF naik 5,31% dalam sepekan dan melejit 33,73% dalam sebulan terakhir.

Baca juga: Bakal Jual Vaksin Berbayar, Saham Kimia Farma Meroket

Diberitakan sebelumnya, awalnya pemerintah, melalui Kimia Farma, membuka akses vaksinasi berbayar untuk masyarakat mulai kemarin.

Untuk vaksin yang digunakan adalah Sinopharm. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Sekretaris Perusahaan Kimia Farma, Ganti Winarno dan penggunaannya sesuai dengan keputusan pemerintah mengenai jenis vaksin yang digunakan.

“Vaksin yang digunakan adalah vaksin Sinopharm sesuai dengan keputusan Pemerintah tentang jenis vaksin yang digunakan untuk vaksinasi gotong royong,” kata Ganti saat dikonfirmasi CNBC Indonesia Minggu lalu.

Program vaksinasi gotong royong mandiri ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.19 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Permenkes No. 10/2021 tentang Pelaksanaan dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.

Ganti juga menambahkan program ini jadi salah satu upaya mempercepat herd immunity.

“Kami senantiasa memberikan support kepada Pemerintah dalam penanganan Covid-19 ini, salah satunya adalah dengan layanan vaksinasi gotong royong individu di Klinik Kimia Farma ini untuk percepatan herd immunity,” jelasnya.

Belum jelas sampai kapan penundaan ini akan dilakukan. Corporate Secretary Kimia Farma Ganti Winarno mengatakan penundaan ini dilakukan lantaran perusahaan memperpanjang proses sosialisasi program tersebut.

Kemudian, perusahaan juga perlu melakukan pengaturan pendaftaran calon peserta vaksinasi.

“Kami mohon maaf karena jadwal Vaksinasi Gotong Royong Individu yang semula dimulai hari Senin, 12 Juli 2021 akan kami tunda hingga pemberitahuan selanjutnya,” kata Ganti kepada CNBC Indonesia, Senin kemarin.

Baca juga: Buntut Kasus Antigen Bekas di Kualanamu, Seluruh Direksi Kimia Farma Diagnostika Dipecat

“Besarnya animo serta banyaknya pertanyaan yang masuk membuat manajemen memutuskan untuk memperpanjang masa sosialisasi Vaksinasi Gotong Royong Individu serta pengaturan pendaftaran calon peserta,” jelasnya lagi.

Diperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk setiap orang menyelesaikan tahapan vaksinasinya sekitar Rp 879.140. Dengan rincian tarif pembelian vaksin ditetapkan sebesar Rp 321.660 per dosis dan tarif layanan sebesar Rp 117.910 per dosis.

Untuk kebutuhan suntikan dua dosis, harga vaksin sebesar Rp 643 ribu. Sementara tarif vaksinasi untuk dua kali Rp 253.820 untuk dua kali vaksinasi.

Kimia Farma hari ini juga menyampaikan akan melakukan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue sebanyak-banyaknya 2.779.397.000 saham seri B dengan nominal Rp 100/saham.

Aksi korporasi ini dilakukan dalam rangka penerbitan obligasi wajib konversi/OWK (mandatory convertible bond/MCB) dengan nilai besaran sesuai dengan kebutuhan pendanaan perusahaan.

Dalam keterbukaan informasi yang dirilis oleh perusahaan, Kimia Farma memberikan kesempatan kepada pemegang saham untuk mengambil bagian dalam penawaran terbatas OWK dan kemudian akan dikonversi menjadi kepemilikan saham seri B.

Bagi pemegang saham yang tidak menggunakan haknya untuk memesan OWK tersebut, maka akan terjadi dilusi kepemilikan sebesar 33,35%.

Dana hasil aksi korporasi ini, oleh perusahaan akan digunakan untuk memenuhi pembayaran pinjaman yang jatuh tempo dan modal kerja. Selain itu juga akan digunakan untuk pengembangan usaha dalam rangka transformasi digital dan sistem teknologi informasi.

Aksi korporasi ini akan berdampak pada kemampuan perusahaan untuk membiayai kembali (refinancing) atas utang yang akan jatuh tempo sehingga kondisi perusahaan menjadi lebih baik.

Dengan demikian kas perusahaan akan dapat digunakan untuk pengembangan usaha seperti yang direncanakan dalam kondisi akibat pandemi Covid-19.

Selain itu, perusahaan juga membutuhkan pendanaan untuk memperkuat operasional dengan melakukan transformasi digital agar proses dari hulu ke hilir, dari pabrik, distribusi, dan ritel farmasi akan terhubung semua dalam sistem teknologi informasi. Dengan digitalisasi ini diperkirakan akan bisa menghemat biaya operasional.

Untuk pelaksanaan penerbitan OWK dan rights issue ini perusahaan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 18 Agustus 2021 mendatang.(cnbc/hm06)

Related Articles

Latest Articles