9.5 C
New York
Thursday, April 18, 2024

Penjual VCD Kian Sepi, Berjuang di Tengah Gempuran Musik Digital

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Mungkin banyak orang masih ingat dengan Video Compact Disc (VCD). VCD memperoleh puncak penjualan pada tahun 2000 an. Pedagangnya pun dulunya menjamur. Bentuknya yang seperti lempeng atau cakram itu dapat dijalankan dengan alat perekam/pemutar VCD.

Namun, hampir semua jenis komputer PC, perekam/pemutar cakram DVD, serta beberapa konsol permainan video juga dapat menjalankan jenis cakram VCD itu.

Saat ini, penggunaan VCD dihadapkan dengan berbagai macam media yang mengalami perkembangan akibat digitalisasi. Zaman sudah berubah, pedagang kaset VCD pun kian sepi, meski masih ada satu atau dua orang yang berjuang di tengah gempuran musik digital.

“Udah tak ada orang yang mau beli VCD lagi. Kalau ada pun, itu bukan dari Siantar, melainkan dari kampung-kampung sananya itu,” ucap Sumurung Sinaga, pedagang VCD di Pasar Horas Pematangsiantar, Jumat (6/11/20).

Baca Juga:Pedagang Rumah Makanan Khas Batak Mengeluh di Samosir

Digitalisasi telah menguasai kehidupan masyarakat saat ini. Seiring bertambahnya waktu, bahkan sudah merambat ke semua lapisan masyarakat sehingga sudah terbiasa dengan semua hal harus berbau digital.

Ditambah lagi, katanya, jaringan internet yang mudah diakses oleh masyarakat menjadi jalan alternatif penggunaan media online. Sehingga popularitas media online semakin merangkak naik. Bahkan dalam sehari, penjualan VCD tidak ada sama sekali.

Dalam sebulan hanya bisa laku 20-30 keping saja, itupun jika di awal bulan saat para pegawai gajian. Ditambah lagi penurunan penjualan akibat dampak pandemi covid-19. Omset yang didapatkan pun tidak sebanding dengan pengeluaran.

“Ketika masih jayanya, dalam sebulan bisa laku ratusan keping VCD. Alhasil omset pun banyak. Dulu, sehari kami bisa dapat Rp2,5 juta. Tapi sekarang, hanya Rp500-Rp700 ribu, itupun belum lagi biaya sana sini,” katanya.

Dulu, lanjut dia, satu keping VCD dihargai bervariasi, mulai Rp8 ribu hingga Rp15 ribu. Tapi sekarang, harga diturunkan agar memancing pembeli datang. Semua VCD nyanyian jenis lagu apa saja dijual Rp5 ribu. Sedangkan untuk Film bergenre apapun dihargai Rp7 ribu atau Rp20 ribu dapat 3 keping.

Meskipun harga sudah diturunkan, tapi pembeli tetap tidak ada. Masyarakat kini gemar mengakses media online untuk memperoleh berbagai informasi dengan cepat, terutama mendapatkan lagu terbaru maupun lagu lawas.

Baca Juga:Video Pengancaman Terhadap Pedagang Buah Viral di Medsos

“Tak tahanlah begini terus, rencananya semua VCD ini akan kujual ke barang bekas (botot). Rencananya, mau jualan kain aku selanjutnya,” tutur Sumurung. Begitu banyaknya pedagang VCD di Pasar Horas, kini hanya tinggal dua pedagang saja.

“Dulu banyak yang jualan VCD ini, ada puluhan. Sejak aku masih SD hingga lulus SMA, kami sudah berjualan VCD disini,” kata Riky. Ia mengambil alih usaha tersebut sejak setahun lalu orangtuanya sakit.

Sebelumnya, cerita Riky, dia punya pegawai dua orang. Sehari digaji sebesar Rp70 ribu. Tapi, sekarang untuk mendapatkan Rp70 ribu sehari saja rasanya luar biasa. Alhasil, usaha tersebut Ia kerjakan sendirian.

Riky pun rencananya akan menjual sisa VCD kepada pengepul barang rongsokan (botot). Ia akan beralih berjualan buah-buahan saja. Satu sisi, modal usaha habis dan keuntungan tidak mencukupi jika melanjutkan usaha VCD tersebut.

“Kalau dibototkan, dapat Rp2000 per kilogram. Satu peti ini terdapat ratusan VCD seberat 100 Kg. Berarti, hanya dapat Rp200 ribu saja. Padahal dulu kalau beli VCD ini ke Jakarta sampai puluhan juta. Belum lagi biaya jemputnya,” terangnya, sembari memasuki VCD kembali ke dalam kotak sembari disusun rapi.(yetty/hm10)

Related Articles

Latest Articles