5.8 C
New York
Friday, April 26, 2024

Desa Bersejarah di Jepang dengan Arsitektur dan ‘Festival Selang Air’ yang Menakjubkan

MISTAR.ID–Dua kali setahun desa Kayabuki no Sato yang indah dan tenang selalu menampilkan pertunjukan air yang populer. Meskipun secara umum acara tersebut menarik wisatawan, namun tujuan sebenarnya adalah untuk menguji 62 alat pemadam kebakaran yang tersebar di seluruh situs bersejarah di desa tersebut.

Tepat sebelum rumah-rumah (dan orang yang lewat) disiram dengan air, gubuk-gubuk kecil yang dirancang dengan gaya tradisional desa membuka atapnya untuk memperlihatkan alat penyiram mekanis yang tersembunyi di dalamnya. Saat setiap gubuk berubah menjadi perangkat pemadam kebakaran, aliran air yang deras menyembur ke langit dan berputar dari kiri ke kanan. Saat itulah waktu yang tepat untuk disebut dengan “Festival Selang Air”.

Ilustrasi.(foto:net/kolase.JA/mistar)

Tontonan terseut memiliki latar belakang yang penting. Sebuah bangunan fasilitas arsip bersejarah pernah mengalami kebakaran hebat dua dekade lalu, dan itulah yang mendorong tindakan perlindungan setelahnya dan di masa depan. Dan dengan kehilangan sebagian kebudayaan yang telah terbakar itu, lahirlah tradisi baru yang menyenangkan. Proses serupa terjadi di situs rentan lainnya, seperti Shirakawa-go, untuk mengupayakan pelestarian sejarah dan budaya.

Baca Juga: Wisata Alam Ini “Tersembunyi” di Bah Damanik, Lihat Pesonanya

Apa yang membuat situs ini begitu penting sehingga menjamin perlindungan kebakaran yang ekstensif? Setiap bangunan di Kayabuki no Sato dirancang dengan gaya Gassho yaitu tipologi yang dikembangkan untuk membantu rumah bertahan dalam hujan salju lebat dan iklim keras yang khas di daerah pegunungan. Nama “gassho” mengacu pada pose tangan yang digunakan saat seseorang menyatukan kedua tangan untuk berdoa. Atap jerami disatukan dengan cara yang sama dan memungkinkan salju dengan mudah jatuh dari sisinya. Ini mendistribusikan beban dan menjaga agar atap tidak runtuh.

Baca Juga: Pesona Air Terjun Bah Biak, Melangkah di Antara 100 Anak Tangga

Pengunjung memiliki kesempatan untuk merasakan hidup di salah satu bangunan tradisional ini. Beberapa dari empat puluh rumah tersedia untuk disewa, memungkinkan para tamu untuk menikmati liburan damai yang dikelilingi oleh pegunungan dan arsitektur yang sudah ada sejak abad ke-11. Setelah festival air berhenti, para tamu masih memiliki banyak hal untuk dilakukan seperti mengunjungi restoran lokal, jalur bersepeda, dan kunjungan ke museum kecil di desa.

Untuk Anda yang ingin merenacakan untuk mengunjungi desa ini sebaiknya merencanakan perjalanan pada bulan Mei atau Desember jika ingin melihat festival besar tersebut. Namun bahkan jika Anda melewatkannya, arsitektur yang indah membuat desa ini masih sangat layak untuk dikunjungi.(MyModernMet/ja/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles