Langkat, MISTAR.ID
Lelaki itu berjibaku di antara keringatkan yang berkucuran di areal persawahan miliknya. Keringatnya bersatu dengan air sawah setinggi pinggangnya. Ia memanen padinya dengan perasaan bercampur resah. Yah, panen itu terpaksa ia lakukan meski seharusnya menunggu 15 hari lagi agar padi benar-benar menguning.
Tingginya curah hujan mengakibatkan air merembes masuk ke tanggul ke lokasi pertanian masyarakat di Desa Pekubuan, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumut. Mau tidak mau membuat petani di desa itu melakukan panen padi secara dini, Senin (26/10/2020).
“Kami terpaksa melakukan panen dini,” ujar Saiman dalam balur resahnya. “Sebenarnya belum waktunya padi itu kita panen. Padi yang kita panen ini terpaksa kita lakukan, mengingat kondisi air yang masuk ke areal pertanian semakin mendalam,”
Baca juga:Â La Nina Mengancam, Populasi Penguin Galapagos Pecahkan Rekor
Saiman memiliki areal pertanian tanaman padi tadah hujan seluas 1 hektar. Padi yang ia panen ini baru berumur 90 hari tanam. Seyogianya padi ini akan dipanen 15 hari lagi atau setengah bulan. Di perkirakan ada 30 hektar tanaman padi jenis padi veritas chiherang dipanen dini di desa pekubuan.
Baca juga:Â Awas, Banjir Dan Longsor Akibat Fenomena La Nina!
Padi yang dipanen ini menggunakan angkutan terpal pelastik, yang mirip perahu sekoci. Usai dipanen, padi tersebut langsung direbon (dirontokkan) menggunakan mesin. Meskipun bulir padi itu ketika dipencet mengeluarkan santannya, namun petani didesa itu tetap memanennya. Selanjutnya dirontokkan, serta di jemur agar mengeras nantinya.
Saiman mengatakan ia bersama petani lainnya berharap pemerintah memberikan bantuan untuk membenahi tanggul sungai yang berada didekat areal pertanian milik mereka. Tanggul tersebut harus diperkuat agar rembesan air dari tanggul sungai di desanya tidak lagi masuk ke areal pertanian mereka. (pewartaindonesia/hm06)
