9.1 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Kasus HIV/AIDS di Sumut Duduki Peringkat Lima, Didominasi Komunitas Lelaki Suka Lelaki

Medan, MISTAR.ID

Kasus HIV/AIDS di Sumatera Utara (Sumut) pada 2022 terus mengalami peningkatan. Catatan Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Sumut dari Dinas Kesehatan Sumut hingga Maret, ada sekira 20 ribua orang yang terinfeksi penyakit mematikan ini. Bahkan secara nasional, Provinsi Sumut tercatat menduduki peringkat lima untuk kasus ini.

Dikatakan Ketua KPAD Sumut Ikrimah Hamidy, perkembangan kasus HIV/AIDS semakin lama semakin meningkat. Bahkan periode kasus penyakit ini, pernah cukup besar yang dijumpai pada tahun 2013, yakni lebih dari 20 ribu kasus. Namun, akhirnya jumlah yang terpapar menurun.

“Selain penularan yang meningkat, dari data-data yang diperoleh juga agak mengkhawatirkan. Sebab, rentang usia yang tertular didominasi anak muda usia 15 tahun sampai usia 30 tahun. Terjadi peningkatan penularan di usia ini dan persentasenya meningkat untuk perilaku atau komunitas Lelaki Suka Lelaki (LSL). Jadi, ini mengkhawatirkan ya,” katanya yang dihubungi Mistar, Kamis (29/9/22).

Baca Juga:Atasi Resiko Penularan bagi Ibu dengan HIV/AIDS saat Hamil, Ini yang Harus Dilakukan

Bahkan dalam diskusi yang dilakukan KPAD Sumut dengan komunitas LSL ini, banyak yang melakukan perilaku seks tidak aman. Mereka melakukan seks tidak menggunakan pengaman (kondom). Dijelaskan Ikrimah, perilaku mereka akan memudahkan terpapar HIV/AIDS. “Nah, ini sangat mudah terpapar orang-orang seperti ini. Inilah perkembangan yang terkini,” sebutnya.

Selain itu, untuk jumlah ibu rumah tangga yang terpapar juga semakin meningkat dibanding dengan wanita pekerja seks. Artinya, laki-laki yang selama ini terpapar dari luar dan membawa ke rumah. Sehingga ibu tumah tangga terpapar.

“Ini mengkhawatirkan juga. Sebab, banyak ibu rumah tangga ini hamil dan dia itu kurang edukasi. Bagaimana mengelola kehamilan dan melahirkan dalam kondisi terpapar HIV/AIDS tanpa menularkan anak yang akan dilahirkannya. Padahal masih bisa dicegah anaknya bila sudah mengetahui sejak dini. Tapi hingga saat ini masih banyak yang belum paham akan hal ini,” jelasnya.

Baca Juga:200 Warga Simalungun Menderita HIV/AIDS, Bona Uli: Tertibkan Kafe Remang-remang

Adapun untuk kasus HIV/AIDS tertinggi tercatat ada di Kota Medan dengan jumlah total kasus hampir 12 ribu orang sejak tahun 2000. Tetapi, menurut Ikrimah, ada catatan kenapa kasus ini bisa tertinggi di Kota Medan. Pertama karena banyak ditemukan warga daerah yang berobat ke Kota Medan sehingga ditemukan sebagai kasus di Kota Medan.

“Kedua, di Kota Medan fasilitas pelayanan kesehatan sudah lebih baik dari daerah lainnya. Sehingga layanan untuk kasus HIV/AIDS itu lebih banyak dibanding dengan daerah dan pencatatannya lebih baik. Akibatnya karena tercatat dengan baik, maka meningkat kasusnya. Ada daerah tertentu yang layanan kesehatannya minim sekali, bahkan daerah itu daerah pariwisata. Baik pengobatan dan penjangkauan layanan HIV-nya sangat lemah, maka akhirnya catatanya yang seolah-olah sedikit tapi banyak warga mereka berobat di Medan,” terangnya dan tak ingin menyebutkan nama daerah tersebut.

Sementara itu diungkapkannya, untuk kasus terendah HIV/AIDS ini tercatat di Kepulauan Nias, dimana setiap kabupatennya masih rendah. “Tapi memiliki layanan kesehatan minim. Sehingga tidak tahu apakah benar tidak ada kasusnya atau tidak layanan kesehatan (HIV/AIDS) karena tidak ada alat deteksinya. Maka dianggap seolah-olah minim. Maka kami mendorong pelayanan kesehatan HIV/AIDS bisa hadir di seluruh kabupaten/kota di Sumut. Maka, penjangkauan ke masyarakat lebih dini,” sebutnya.

Baca Juga:Pembentukan Perda Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Sumut Disepakati

Karena hanya dengan penjangkauan secara dini pada masyarakat adalah solusi paling ampuh untuk mengatasi perkembangan HIV/AIDS secara cepat. Atau juga untuk menurunkan perkembangan kasus HIV/AIDS ini harus dilakukan dengan penjangkauan secara maksimal.

“Jadi bisa terkendali dia. Kalau tidak akan jadi bola liar ke sana ke mari dia. Karena penting menyadarkan orang yang positif untuk berobat dengan baik dan tidak menularkan pada orang lain. Sebab banyak yang tidak sadar dia sudah tertular dan akhirnya menularkan yang lain,” pungkasnya.(anita/hm15)

Related Articles

Latest Articles