11.2 C
New York
Monday, May 6, 2024

Dinkes Sumut Antisipasi Hepatitis Akut Misterius

Medan, MISTAR.ID

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut sedang mengantisipasi adanya temuan kasus hepatitis akut misterius yang tidak diketahui etiologinya (acute hepatitis of unknown aetiology).

Kepala Dinas Kesehatan Sumut drg Ismail Lubis mengatakan, Kemenkes RI telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang kewaspadaan kasus epatitis akut misterius. SE Dirjen Penceahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI No: HK.02.02/C/2515/2022 tanggal 27 April 2022 terkait kewaspadaannya, setelah sejumlah kasusnya ditemukan di berbagai negara.

“Ya, kita sedang menindaklanjuti surat edaran tersebut,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (5/5/22).

Baca juga: Dukung Program Vaksin Serviks Gratis, Dinkes Sumut Sebut Agar Cepat Terdeteksi

Masih kata dia, surat edaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, SDM Kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait akan kewaspadaan dini penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya itu.

Sehubungan dengan itu paparnya, di antaranya perlu dilakukan pemantauan perkembangan kasus sindrom jaundice akut di tingkat daerah, nasional, dan global terkait kasusnya.

Selanjutnya memantau penemuan kasus sesuai definisi berdasarkan WHO yaitu konfirmasi (saat ini belum diketahui), probabel (seseorang dengan hepatitis akut/virus non-hepatitis A, B, C, D, E dengan AST atau ALT lebih dari 500 IU/L, berusia kurang dari 16 tahun sejak 1 Januari 2022 dan Epi-linked (seseorang dengan hepatitis akut/virus non-hepatitis A, B, C, D, E dari segala usia yang memiliki hubungan epidemiologis dengan kasus yang dikonfirmasi sejak 1 Januari 2022.

Kemudian, meminta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memantau dan melaporkan kasus sindrom jaundice akut di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urine berwarna gelap yang timbul secara mendadak. Memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat serta upaya pencegahannya melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Baca juga: Antisipasi Omicron, Dinkes Sumut Siapkan Rumah Sakit Bagi Pasien

Berikutnya, menginformasikan kepada masyarakat untuk segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom jaundice. Menindaklanjuti laporan kasus dari Fasyankes dengan melakukan investigasi untuk mencari kasus tambahan.

Selain itu, meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan untuk meningkatkan pengawasan terhadap penumpang dan kru, alat angkut, barang bawaan, vektor, dan lingkungan pelabuhan dan bandara, terutama yang berasal dari negara terjangkit saat ini. Kemudian, meningkatkan upaya promosi kesehatan bagi masyarakat di sekitar wilayah pintu masuk negara (bandara, pelabuhan, dan pos lintas batas darat negara) dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait.

“Jika anak kita ditemukan dengan gejala kuning pada sklera mata dan kulit, mencret, muntah dan lain-lain, segera bawa ke fasilitas kesehatan (faskes) baik Puskesmas, rumah sakit, bidan atau klinik,” ujarnya.

Sementara terhadap fasilitas kesehatan, tambah Ismail, kepada faskes agar dalam 1×24 jam memberikan laporan jika menemukan kasusnya. Karena sesuai laporan WHO, KLB di Indonesia sudah ditemukan tiga kasus, meski ketiganya bukan berasal dari Provinsi Sumut.

“Untuk Provinsi Sumut sampai saat ini (kasusnya) belum ada,” pungkasnya.

Baca juga: Lonjakan Omicron Diprediksi Februari, Dinkes Sumut Ajak Masyarakat Terapkan Prokes

Ismail menambahkan berdasarkan SE tersebut, WHO disebutkan telah menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya (Britania Raya) mengenai 10 kasus hepatitis akut misterius ini pada anak-anak usia 11 bulan hingga 5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 tepatnya di Skotlandia Tengah.

Bahkan, sejak secara resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO pada 15 April 2022, jumlah laporannya terus bertambah. Terhitung per 21 April 2022, tercatat sebanyak 169 kasus yang dilaporkan di 12 negara yaitu Inggris 114 kasus, Spanyol 13 kasus, Israel 12 kasus, Amerika Serikat sembilan kasus, Denmark enam kasus, Irlandia lima kasus, Belanda empat kasus, Italia empat, Norwegia dua kasus, Perancis dua kasus, Romania satu kasus dan Belgia satu kasus.

Lebih lanjut, terang Ismail, kisaran kasus terjadi pada anak usia satu bulan sampai dengan 16 tahun. Di mana 17 anak di antaranya atau 10 persen memerlukan transplantasi hati, dan satu kasus dilaporkan meninggal.

“Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam,” jelasnya.

Hingga saat ini, Ismail menuturkan, penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.

Baca juga: Dukung Program Vaksin Serviks Gratis, Dinkes Sumut Sebut Agar Cepat Terdeteksi

“Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus,” bebernya.

Diketahui, sebanyak tiga orang anak di Indonesia meninggal dunia dengan dugaan mengidap hepatitis akut misterius dalam kurun waktu dua minggu terakhir hingga Sabtu (30/4/22) di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat, dengan gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran. (saut/hm09)

Related Articles

Latest Articles