13.5 C
New York
Tuesday, May 14, 2024

Ketua Himpunan Masyarakat Batak Toba Sesalkan Pernyataan yang Sebut Ikan Mujahir Hama

Simalungun, MISTAR.ID

Ai di naro simatuakku
Lao mandulo boru nai
Diboan do dekke jahir na sai
Tarmekkel suping ma attong da
Inang ni dakdanaki
Mida dekke nabinoan ni inanta i…

Lirik lagu di atas adalah sepenggal bait lagu yang sangat popular pada zamannya, judul lagu Batak itu adalah ‘Dekke Jahir’ ciptaan sang Maestro Batak, Nahum Situmorang.

Tidak hanya pada zamannya, lagu ‘Dekke Jahir’ sampai sekarang masih begitu popular dan sangat akrab di telinga kita, bahkan lagu itu sudah sangat merakyat, dan tidak saja hanya dinyanyikan orang Batak, tapi suku lain yang berdomisili di Provinsi Sumatera Utara gemar menyanyikan lagu itu.

Baca Juga: Nelayan di Balige Klaim Mujahir Ikan Khas Danau Toba Bukan Hama

Lagu Dekke Jahir ini menceritakan tentang kedatangan sang mertua saat mengunjungi rumah boru (anak perempuannya) yang sudah dipersunting pria lain (menantu atau hela). Datang membawa ikan mujahir. Kedatangan sang mertua-pun disambut sangat bahagia oleh si boru dan hela (sebutan bagi menantu laki-laki).

Ya, ikan Mujahir, khususnya yang bermukim di seputaran perairan Danau Toba, sejak zaman dulu sampai sekarang sudah sangat menyatu bagi suku Batak, ikan itu sudah menjadi ikan khas Danau Toba. Maka tak heran, kalau-pun Nahum Situmorang menciptakan lagu berjudul ‘Dekke Jahir’, karena ikan ini sudah sangat melekat dengan kekhasan orang Batak yang berada di seputaran Danau Toba.

Karena di perairan Danau Toba yang airnya tawar itu, didominasi habitat ikan Mujahir, dari zaman dulu sampai sekarang dijadikan sebagai sumber mata pencaharian penduduk yang bermukim di sekitar Danau Toba.

Baca Juga: DPC PBB Toba Tabur 25 Ribu Benih Ikan Nila di Danau Toba

Belakangan ini, cerita Dekke Jahir menjadi viral setelah adanya pernyataan Ketua Forum Batak Intelektual (FBI), Leo Situmorang yang ‘nyelutuk’ mengatakan ikan mujahir itu adalah ‘hama’.

Pernyataan ini mengemuka saat Leo ‘berhadapan’ dengan Hotman Paris Hutapea, dan sontak menjadi sangat viral setelah terunggah di media sosial, di antaranya di Youtube dan facebook. Dan menjadi viral tidak hanya di tanah air, khususnya seputaran Danau toba, tapi menjadi sorotan warganet dunia dimana orang-orang Batak yang ada di luar negeri.

Rasa ketersinggungan dari orang-orang Batak, bahkan orang yang bukan suku Batak kemarahannya ikut mengemuka hebat, karena tak terima ikan yang sering mereka konsumsi disebut ‘hama’.

Baca Juga: Dinas Kelautan Perikanan Sumut Tebar 75 Ribu Ekor Bibit Nila di Danau Toba

Berbagai komentar dan kecaman warganet terus bergulir dan berseliweran di media sosial dan media online. Mereka sangat megecam keras karena tidak terima dengan pernyataan yang menyebut ikan mujahir adalah ‘hama’.

Ketersinggungan itu sangat wajar, karena ‘sejarah’ sudah mencatat, tidak sedikit orang-orang berpengaruh dan tokoh-tokoh Batak hingga sekarang menjadi orang sukses dan menjadi tokoh nasional, dari masa kecilnya saat masih tinggal di Tano Batak tentu sudah merasakan betapa lezat dan nikmatnya cita rasa ikan mujahir yang berprotein tinggi itu.

Salah satu tokoh Batak yang mengecam pernyataan dengan menyebut ikan mujahir itu ‘hama’ adalah Ketua DPD Himpunan Masyarakat Batak Toba (Humatob) Kabupaten Simalungun, Pardomuan Nauli Simanjuntak SH.MSi.

Ketika disambangi mistar.id di kediamannya, Minggu (19/6/22), Pardomuan Nauli Simanjuntak, mengingatkan agar oknum yang membuat pernyataan bahwa ikan mujahir adalah ‘hama’ harus mencabut pernyataan tersebut, dengan demikian agar tidak terjadi kegaduhan di tengah masyarakat.

“Kita sangat tidak enak mendengar pernyataan itu, saya dan keluarga saya sejak kecil sampai sekarang temasuk penikmat ikan jahir (bahasa keseharian sebutan ikan mujahir). Kita dan seluruh keluarga kita tumbuh sehat, bahkan jadi orang cerdas. Artinya, ikan mujahir itu bukan hama. Kalau itu hama, apakah kita bisa tumbuh sesehat seperti sekarang ini,” tandas mantan anggota DPRD Kabupaten Dairi itu.

Pardomuan juga mengaku tidak tahu alasan apa di balik pernyataannya hingga harus mengeluarkan pernyataan yang menyebut ikan mujahir itu hama.

“Mana tahu ada kajian ilmiahnya yang bisa dipertanggungjawabkan, silahkan paparkan. Kalau ternyata tidak ada, jangan asal nyeletuk. Sebaiknya, cabut aja pernyataan itu agar masyarakat tahu. Sebagai manusia, kita juga sadar, bahwa kita hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari ucapan atau kata-kata khilaf,” katanya.

Lanjut dia, jangan biarkan kecaman-kecaman warganet terus bergulir di media sosial. Maka untuk menghempangnya, jalan satu-satunya adalah agar yang membuat pernyataan segera mencabut pernyataannya yang tidak benar itu.

Orang Batak itu, kata Pardomuan adalah orang yang hebat, keras, tegas tapi hatinya baik dan sangat pemaaf. Akan menjadi sangat hebat lagi kalau kita berani mencabut dan meralat pernyataannya kita yang salah. “Itulah ciri dan karakter kita suku Batak,” ujar ketua DPD Humatob Simalungun itu mengakhiri.(maris/hm02)

 

 

 

 

 

Related Articles

Latest Articles