10.7 C
New York
Sunday, April 14, 2024

Saat Bisnis Kopi di Siantar Bergelut dengan Biji Arabica dan Edukasi Masyarakat

Siantar, MISTAR.ID
Siantar, kota kecil yang sangat royal untuk kepentingan makan dan minum, entah itu jajanan kaki lima ataupun kuliner yang berasal dari resto dan cafe dengan beraneka konsep. Dan peluang ini selalu diambil oleh para pengusaha untuk memulai peruntungan, baik dengan konsep pribadi maupun franchise.

Di antara begitu banyak pilihan, usaha kedai kopi cukup banyak diminati oleh mereka sebagai hasil dari semakin bertambahnya jumlah peminum kopi di kota ini. Sebelumnya, kopi di kota ini hanya dikenal sebagai minuman yang lebih banyak dinikmati oleh orang dewasa terkhusus pria, dan mereka yang berasal dari kalangan usia senior.

Dan itu terlihat dari banyaknya jumlah pelanggan pria dibanding wanita yang duduk di kedai-kedai kopi ‘legendaris’ di Siantar. Tapi itu dulu, sekarang peminum kopi sudah lebih bervariasi, bahkan para remaja pun sudah mulai menikmati kopi dan malah menjadikannya sebagai tren dadakan yang wajib dilakukan agar tetap dianggap ‘up to date’.

“Banyak peminum kopi, tetapi tidak banyak yang tahu tentang kopi, dari biji hingga bagaimana kopi tersaji di cangkir, khususnya jenis kopi arabica,” jelas Ricky Abraham sebagai seorang penggiat kopi dan owner dari usaha kopi spesialiti di Siantar.

Baca Juga:Cafe Sapokahoowa Foodpedia, Pilihan Baru Pecinta Kuliner Siantar

Ketidaktahuan masyarakat pada umumnya, dan peminum kopi khususnya atas hal tersebut sedikit banyak menjadi kendala mengapa usaha perkopian di kota ini mengalami stagnasi, dan bisa dibilang begitu tertinggal dibanding kota lain, meskipun jumlah kedai kopi baru bertambah sepanjang tahun.

Berbagai usaha dilakukan oleh para penggiat kopi sekaligus pemilik kedai kopi dengan tujuan mengedukasi masyarakat agar lebih paham tentang kopi, sehingga lebih berminat dengan jenis kopi arabica yang nantinya bisa mendongkrak pencapaian banyak pihak terkait, baik itu para petani kopi (khususnya petani lokal), produsen kopi hingga pemilik kedai kopi.

Seperti yang telah dilakukan oleh Ricky, dengan melaksanakan pelatihan barista gratis untuk para pemula yang bertujuan untuk menghadirkan barista yang profesional dan memenuhi standar sehingga kelak mereka juga bisa mengedukasi kembali baik itu pelanggan ataupun masyarakat.

Sejak diumumkan di sosial media, pelatihan ini mendapat begitu banyak respon balik, tetapi akhirnya hanya terpilih lima orang yang memenuhi persyaratan. Dengan tujuan berbeda-beda, kelima peserta yang berusia di antara 19-25 tahun ini mengikuti pelatihan karena ingin membuka usaha kopi, ingin mendapatkan kerja paruh waktu, dan selainnya hanya ingin tahu lebih tentang kopi.

Pelatihan ini telah dilaksanakan pada awal bulan Agustus 2020, di kedai kopi MoCoffee selama tiga hari dengan sesi pelatihan teori dan praktek, dengan hanya membebankan biaya bahan untuk setiap peserta.

Baca Juga:8.000 Cangkir Kopi Menandai Peringatan 25 Tahun Pembantaian di Srebrenica

Sebagai kelanjutan dari edukasi kopi tersebut, Ricky dan beberapa teman sesama penggiat kopi dan pemilik kedai kopi seperti MoCoffee, Brew Brother Coffee, Tiga Sekawan Kopi, Alvina Cafe, Kopi Gerung dan Narasi Kopi, sedang merencanakan beberapa agenda yang bertujuan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat dan pelanggan.

Salah satunya disebutkan akan adanya even kecil dengan target maksimal dilakukan sebulan sekali di kedai kopi mereka, dengan fokus memberikan pembelajaran tentang kopi kepada pelanggan oleh sesama teman penggiat kopi secara bergantian.

Ketika ditanya apa alasan para pelanggan harus diberikan pemahaman tentang kopi, Ricky dan teman-teman merasakan dan melihat kondisi yang sama, dimana pengetahuan pelanggan tentang kopi masih begitu minim, sehingga itu membuat hanya sebagian kecil pelanggan yang tahu bagaimana menikmati rasa kopi sebenarnya, yang selalu bermula dari memesan kopi dari pilihan biji kopi hingga metode seduhan.

Para peserta pelatihan barista sedang mempelajari sesi latte art.(f:mistar/julyana)

Karena ketidaktahuan inilah mungkin membuat para pelanggan lebih memilih minuman non-kopi yang rasanya lebih menarik. Dan tidak dipungkiri, menu minuman non kopi selalu menjadi best seller dibanding kopi sebagai menu utama yang seharusnya bisa menjadi bintang di sebuah kedai kopi.

“Perkopian di Siantar tidak terlalu mengalami perkembangan juga dikarenakan kami sebagai penggiat kopi tidak rajin untuk melakukan edukasi, dan menyebabkan masih banyak ketidaktahuan di luar sana tentang apa dan bagaimana menikmati kopi berkualitas, bahkan tentang bagaimana kita seharusnya bisa mengangkat nama biji kopi arabica lokal berkualitas seperti biji kopi dari daerah Hutaraja dan Dairi yang telah dipakai oleh peserta kompetisi barista nasional, dan menjadi pemenang,” beber Ricky ketika ditanya sudah segiat apakah para penggiat kopi dan para owner mengusahakan perkopian di Siantar.

Dengan paham lebih banyak tentang biji kopi berkualitas, tentu saja memberi banyak manfaat ke semua pihak. Sebagai peminum kopi, mereka akan menikmati kopi dengan kualitas baik, sehingga tidak berefek buruk untuk kesehatan di samping cara menyeduh yang lebih bisa mengendalikan rasa kopi sesuai selera.

Sebagai penggiat kopi, mereka akan lebih bisa membawa ‘passion’ mereka dan lebih mendukung edukasi perkopian sehingga masyarakat kita tidak tertinggal dari perkopian modern. Dan sebagai pengumpul laba, usaha akan lebih menguntungkan karena akan ada lebih banyak lagi pelanggan yang paham dan bisa menikmati kopi dengan benar dan tepat.(julyana/hm10)

Related Articles

Latest Articles