8.3 C
New York
Friday, April 19, 2024

Kyan Ulos Siantar, Merajut Asa di Tengah Pandemi

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Pada 17 Oktober 2021 kemarin, Hari Ulos Nasional ke-7 diperingati di Merica Food Center, Millennium ICT Centre, Jalan Kapten Muslim, Kota Medan. Peringatan Hari Ulos Nasional kali ini memproyeksikan eksistensi Ulos bisa tembus ke UNESCO agar diakui dunia.

Tapi di balik perayaan Hari Ulos Nasional itu, para pengrajin ulos Batak di Kota Pematangsiantar merintih dan terus berjuang merajut asa, bagaimana caranya agar bisa keluar dari hantaman pandemi Covid-19 yang begitu dahsyat.

Fony Sitanggang adalah sosok yang paling terpukul akibat serangan pandemi Covid-19 ini. Menanggapi mistar.id, Minggu (17/10/21), sosok desainer pakaian tradisonil ulos Batak ini mengaku sangat miris hati melihat nasib seluruh anggotanya yang tergabung di Kilang Tenun bernama Kyan Ulos itu.

Baca Juga: Prihatin, Kyan Ulos ‘Korban’ PD PAUS Harapkan Perhatian Pemerintah

“Selama pandemi Covid-19 ini, produksi ulos kita ambruk hingga 50 persen lebih. Anggota kita para penenun ulos di Kyan Ulos sudah banyak yang tidak kerja,” ujarnya.

Sejak Kyan Ulos berdiri tahun 2004, baru kali inilah kata Fony Sitanggang, mereka bersama anggotanya mengalami keterpurukan ekonomi yang sangat luar biasa berat.

Menangapi Hari Ulos Nasional yang peringatannya dipusatkan di Kota Medan? Kyan Ulos kata Fony Sitangang diundang untuk mengikutinya, tapi tidak bisa hadir karena sesuatu hal. Hanya saja dia berharap, agar peringatan Hari Ulos itu tidak semata perayaan seremonial dan semu, tapi harus punya bukti nyata bisa membantu para penenun ulos.

Baca Juga: 5 Kelompok Penenun Ulos Batak di Toba Dapat Bantuan Benang

Paling penting lagi untuk dipikirkan pemerintah, sambung Fony, bagaimana agar nasib para pengrajin ulos tradisionil dapat segera dibantu bangkit dari keterpurukan akibat pandemi. Baik itu berupa bantuan permodalan, pemasaran termasuk bantuan untuk pelatihan-pelatihan agar produk kerajinan tenun bisa bersaing di pasar komersil.

Sebelum pandemi terjadi, katanya, produk tenun Kyan Ulos sudah menembus pasar Internasional, seperti Singapura, Madagaskar dan lainnya. Belum lagi yang dibawa langsung para turis yang berkunjung ke Sumatera Utara. Sedangkan pasar nusantara, sampai ke Kalimantan, Papua dan daerah lainnya di tanah air. Tapi seiring pesta-pesta dilarang, pasar ulos pun ikut sepi.

“Anggotaku sudah pada nganggur semua. Karena pasar ulos Batak selama ini peminatanya masih kebanyakan para konsumen yang akan di pesta-pesta adat,” kata Fony yang sudah banyak melahirkan inovasi desain.

Dalam kiprahnya, Kyan Ulos sudah pernah meraih Penghargaan Shidakarya 2018 Tingkat Provinsi dari Gubernur Sumut, Penghargaan Paramakarya dari Presiden RI Jokowi yang diserahkan Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah.( 27-28 November 2019).(hm02)

 

Related Articles

Latest Articles