22.7 C
New York
Monday, May 20, 2024

Imlek 2021 di Tengah Bayangan Hitam dan Menyesakkan Pandemi Covid-19

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Imlek 2572 yang jatuh pada 12 Februari 2021 merupakan tahun kerbau logam dan berkarakter pekerja keras. Membawa dampak plus minus terhadap sektor kehidupan dan manusia seperti biasanya.

Sebagaimana prediksi dan perhitungan ilmu kebintangan atau semesta, siklus rejeki dan petaka, berkah dan bencana teriring bersamaan serta bergantian meyelimuti proses kehidupan maupun roda aktivitas manusia.

“Namun semua itu berpulang pada persepsi, bagaimana menyikapinya. Walau nalarnya apapun yang terjadi atau sikon yang ada semata sebuah hasil atau bayangan yang telah ada. Dengan kata lain sebuah hukum sebab musabab dan sebab akibat yang saling berproses, isi-mengisi dan responsif,” kata seorang tokoh muda pembaharuan Tionghoa Sumatera Utara, Rudy Wu, saat dimintai tanggapan melalui aplikasi Whats App (WA) mengenai perayaan Imlek tahun ini yang masih diselimuti pandemi Covid-19, Rabu (3/2/21).

Baca Juga:Sambut Tahun Baru Imlek, PT STTC Berikan Bantuan kepada Anak-anak Panti Asuhan

“Imlek tahun 2021 atau 2572 secara umum adalah lembaran lazim. Signifikannya, sebuah bayangan hitam lalu yang membingungkan, menyesakkan serta menghantui. Bencana pandemi Covid-19 teramat berat, dimana merusak setiap sendi kehidupan manusia sejak awal tahun lalu yang berlanjut hingga awal tahun ini serta belum bisa dipastikan kapan berakhirnya,” ujar Wakil Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Pematangsiantar itu.

Ruang gerak hidup manusia, kata Rudy, baik skala kecil hingga besar terjeruji oleh bayangan hitam tersebut. “Kita dituntut dan harus ekstra perhitungan dalam setiap hal, baik itu dalam bekerja, berinteraksi, bersosialisasi bahkan bergerak agar bisa terdampak maupun mendampak terhadap pribadi dan lainnya. Konkritnya, angka penularan dan korban kian hari kian bertambah dan meninggi,” tukas Rudy yang juga merupakan Sekertaris Yayasan Sosial Kemulian Moral Kota Pematangsiantar.

Oleh karenanya, lanjut Rudy, bagi masyarakat yang berencana merayakan atau turun serta Imlek sudah senyogianya menyadari sepenuhnya situasi kondisi tersebut. “Standart protokoler kesehatan harus ditaati dengan sebaik-baiknya. Kebiasaan lalu merayakan secara massal apalagi berlebihan harus dihindari, agar kerumunan dan ketidak higienisan tidak terjadi,” tegas mantan anggota DPRD Kota Pematangsiantar tersebut.

Baca Juga:Sambut Imlek, PT STTC Berikan Bantuan Sosial di Vihara Avalokitesvara Tebing Tinggi

Situasi kondisi yang menyesakkan kali ini jikalau disikapi dengan arif, kata Ridy, akan memberikan makna tersendiri yang mengigatkan serta menyadari manusia akan rasa syukur, ketoleransian, konsekuensi yang kian menipis lantaran dikuasai oleh keegoan, keserakahan, keintrikan dan kebencian yang kian menebal hingga menutupi alam pikiran serta nuraniah.

“Realita berat ini harus kita hadapi bersama suka atau tidak. Arifnya harus disikapi dengan akal sehat dan tidak bertentangan dengan nuraniah. Rasa torelan, saling perduli dan berbagi layak dikedepankan terhadap sesama dan lingkungan sekitar. Dengan demikian maka perayaan Imlek 2021/2572 akan jauh lebih bermakna dan mulia,” sebut Wakil Ketua DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Kota Pematangsiantar itu. (ferry/rel/hm12)

Related Articles

Latest Articles