13.1 C
New York
Saturday, May 4, 2024

Ekspor 200 Ton Dalam Sebulan, Lidi Sawit Siantar Laris Manis di Luar Negeri

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Hampir seluruh sektor usaha terdampak karena pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini, termasuk Indonesia. Namun demikian, ada usaha atau bisnis yang meraup keuntungan dan dapat dikatakan tetap eksis di masa pandemi Covid-19.

Bahkan, tingkat permintaannya justru lebih tinggi ketimbang saat kondisi normal atau sebelum pandemi berlangsung. Bisnis yang dimaksud adalah sapu lidi. Rahmat Ginting merupakan salah satu pengusaha sapu lidi asal Kota Pematangsiantar, sudah empat tahun menekuni bisnis sapu lidi.

Berawal hanya coba-coba, bisnis pengiriman sapu lidi tersebut kini semakin maju pesat karena banyaknya permintaan dari luar negeri, seperti Tiongkok, Nepal, dan India.

“Dulu, saya hanya kirim ke negara Tiongkok saja, tapi belakangan ini Nepal dan India semakin rutin memesan sapu lidi,” ujarnya, Minggu (15/11/20). Dia menuturkan, permintaan ke negara India saat ini sangat banyak, hanya saja kapal menuju kesana sangat minim.

Baca Juga:Bisnis Angkutan Kargo Membeludak, Ini Kata Bos Garuda

Hal ini bermula dari konflik antara negara Tiongkok dan India terkait perbatasan. Alhasil, kapal milik negara Tiongkok menolak mengangkut barang apapun menuju ke negara India. “Dalam sebulan ada 8 kontainer yang bisa terkirim. Setiap kontainer mengangkut 25 ton sapu lidi. Jadi sekitar 200 ton dalam sebulan bisa terkirim ke luar negeri,” jelasnya.

Dikatakan Rahmat, pemesanan atas sapu lidi sangat banyak, bahkan uang pembelian atas sapu lidi tersebut sudah dikirim lebih dahulu.

Sehingga barang banyak yang menumpuk di gudang miliknya. Dikarenakan, barang tidak bisa diangkut sebab kapal tidak ada. Bahan baku utama lidi-lidi yang diekspor ini merupakan lidi dari kelapa sawit.

Dengan alasan, lebih mudah didapatkan dan lebih awet dibandingkan lidi pohon kelapa. Ia pun mendapatkan dari beberapa agen di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun.

Baca Juga:Putra Indonesia Miliki Hak Paten Teknologi Pupuk Batu Bara Di AS

“Sumber daya manusianya banyak, sebab banyak orang saat ini butuh pekerjaan. Apalagi, anak sekolah banyak yang libur, jadi pulang ke kampungnya bantuin orangtuanya,” jelasnya. Saat ini, ia memiliki kurang lebih 30 tenaga kerja, baik harian maupun karyawan tetap.

Nantinya, jelas Rahmat, lidi ini di negara tujuan diolah dan dianyam menjadi berbagai barang kebutuhan sehari-hari, seperti tikar, piring, dan alat-alat rumah tangga lainnya. Namun, yang paling utama adalah membuat sapu.

Apalagi dipenghujung tahun begini, musim salju telah tiba. Sapu lidi tersebut sangat berguna membersihkan salju yang menumpuk, terutama yang berada di atap rumah masyarakat dinegara tersebut.

Bicara keuntungan, Rahmat tidak bisa menyebutkan berapa yang ia dapatkan dari penjualan sapu lidi itu. Hanya saja, usaha yang ia tekuni tersebut dapat menutupi semua kebutuhan keluarga hingga biaya-biaya penggeluran pada bisnisnya tersebut.

“Kebutuhan sekolah anak saya yang paling utama. Pokoknya, setiap bulan buat pendidikan anaknya sebesar Rp8 juta. Selanjutnya, pajak dari kelima kendaraan saya sebesar Rp10 juta per tahunnya. Selebihnya, biaya upah para pekerja lah,” tuturnya.

Dia berharap, bisnis yang ditekuninya tersebut dapat lebih berkembang lagi, dan ekspor sapu lidi tersebut bisa lebih mendatangkan nilai tambah bagi masyarakat. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini banyak para karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).(yetty/hm10)

Related Articles

Latest Articles