Siantar | MISTAR.ID – Kepala Dinas Lingkungan Hidup (BLH) Pematangsiantar Dedi Tunasto mengatakan, menurunnya kuantitas dan kualitas sumber air baku perlu ditangani serius. Kepada masyarakat juga diminta untuk tidak membuang sampah dan air besar sembarangan di sungai.
Dedi melanjutkan, berdasarkan mutu air, BLH menemukan 17 titik sungai yang mengalir di Kota Pematangsiantar dengan kondisi tercemar. Begitu juga akses terhadap sanitasi.
“Kami terus mengawasi lingkungan, agar tercipta lingkungan bersih. Kemudian, langkah awal saat ini kami sudah membangun 30 septic tank komunal,” kata Dedi ditemui Mistar, Rabu (4/12) siang di aula Universitas HKBP Nomensen yang menggelar seminar ‘Keadilan Iklim’.
Kemudian, lanjut Dedi, masalah lain yang dihadapi Kota Pematangsiantar, terkait lingkungan adalah sampah yang menumpuk.
Menurutnya, BLH pada Januari 2020 akan memberlakukan denda dan pidana kurungan untuk warga yang membuang sampah sembarangan.
“Kami tengah berkoordinasi dengan Satpol PP dan Kejaksaan Negeri Siantar untuk memberikan sanksi hukum atas pelaku pembuang sampah sembarangan,” ujarnya.
Menanggapi itu, Siparjalang mengatakan, bukan hanya pencemaran air sungai. Kerusakan iklim juga sudah menjangkit hingga ke pelosok negeri.
“Di Sumba enam bulan gak hujan, sulit cari ikan di Papua, dan negara lainnya juga seperti Pakistan 47 derajat celcius. Kondisi ini terjadi secara serentak, saya amati ke semua daerah,” ujar Siparjalang dalam seminar.
Ia menyebutkan, kemajuan ekonomi kerap menyebabkan kerusakan alam. Dalam pengamatannya, pemerintah dan masyarakat bisa memanfaatkan sumber daya alam, seperti panas bumi atau lainnya tanpa harus melakukan eksplorasi.
“Banyak cara untuk berkembang, tapi jangan sampai merusak ekosistem yang hakiki,” ujarnya.
Acara ini dihadiri Rektor Universitas HKBP Nomensen, Prof DR Sanggam Siahaan MHum, Apni Naibaho, Ephorus GKPS Pendeta Martin Rumanja Purba dan Desri Sumbayak.(hm02)
Penulis : Billy Nasution
Editor : Herman Maris
