5.8 C
New York
Friday, April 26, 2024

Tolak Vaksin Setengah Jadi Buatan China, Ini Alasannya

Jakarta, MISTAR.ID
Beredar petisi di change.org yang menolak penggunaan vaksin buatan China karena semuanya belum lolos uji tahap III.

Seorang dokter dan peneliti kedokteran Yohanes Cakrapradipta Wibowo, memulai petisi ini dengan target 200 orang, dan sudah ditandatangani oleh 190 orang hingga pagi ini.

Sebelumnya, program vaksinasi Covid-19 di Indonesia akan dimulai pada November 2020. Itu artinya tidak lama lagi, dan ini menggunakan vaksin buatan China. Kepastian ini menyusul kesanggupan dari tiga produsen vaksin Covid-19 China sudah menyanggupi penyediaan jutaan dosis untuk Indonesia.

Baca Juga:Pengadaan Vaksin Covid-19 Di Indonesia Bakal Dibantu WHO

Yohanes mengungkapkan, ada beberapa alasannya menyerukan penolakan vaksin ini, pertama seluruh vaksin dari China yang didatangkan belum yang lolos uji klinis fase 3.

Akibatnya vaksin buatan Sinovac, G42/Sinopharm, dan CanSino Biologics elum ada lembaga otoritas seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang merekomendasikan penggunaan vaksin-vaksin tersebut

Kedua, dalih Emergency Use Authorization (EUA) berpotensi masalah dan tidak boleh dijadikan legitimasi mutlak. Apalagi EUA yang dikeluarkan oleh negara lain tanpa ada analisis data dan pertimbangan yang matang.

Baca Juga:Vaksin Covid-19 Diupayakan Tersedia dari Tiga Jalur untuk Indonesia

Dia mencontohkan, di Amerika Serikat saat EUA untuk obat Hidroksiklorokuin yang dipromosikan oleh Presiden Trump tiba-tiba diterbitkan oleh Food and Drug Administration (FDA) tanpa ada penjelasan ilmiah yang logis. Akhirnya bukti riset terbaru (solidarity trial)menunjukkan obat ini tidak bermanfaat.

Ketiga, vaksin “setengah jadi” ini berpotensi menimbulkan masalah baru jika timbul efek yang tidak diinginkan.

“Apalagi tenaga medis menjadi salah satu prioritas pemberian vaksin. Padahal sektor kesehatan sudah terpukul hebat saat pandemi ini,” tulisnya di Change.org, Senin (19/10/20).

Untuk itu dengan petisi ini, dia menegaskan menolak keras pada pemberian vaksin “setengah jadi” ini tanpa transparansi data yang jelas. Kedua, mendesak Pemerintah untuk melakukan transparansi data yang dapat diakses oleh peneliti independen dan masyarakat terhadap hasil riset vaksin-vaksin tersebut.

Baca Juga:PT Bio Farma Sebut Harga Vaksin Covid-19 Rp200 Ribu

“Sampai saat ini tidak ada publikasi riset vaksin-vaksin tersebut bahkan hasil sementara sekalipun,” katanya.

Ketiga, penolakan keras terhadap penggunaan vaksin sebagai jalan pintas untuk menutupi kegagalan pemerintah dalam penanganan berbasis kesehatan masyarakat (3T dan 3M) selama ini

“Seharusnya, skandal EUA di Amerika Serikat menjadi pelajaran supaya Pemerintah Indonesia tidak latah untuk melakukan tindakan tanpa pertimbangan matang yang melibatkan para ahli,” sebutnya.(cnbc/hm10)

Related Articles

Latest Articles