22.1 C
New York
Monday, April 29, 2024

Rumah Sakit Terapung ke Lokasi Gempa Sulbar

Jakarta, MISTAR.ID

Universitas Airlangga (Unair) Merespons bencana Dua gempa di Mamuju dan Majene dengan gerakan cepat. Mereka mengirimkan Tim AJU I Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga untuk membantu penanganan dampak gempa. Terutama terkait penambahan personel medis.

Sekretaris Yayasan Ksatria Medica Airlangga (YKMA/pengelola operasional RST) Suwaspodo Henry Wibowo mengatakan, Tim AJU I yang langsung dikomando Direktur RSTKA Agus Hariyanto mengirimkan kurang lebih 18 dokter. Mereka terdiri atas 2 apoteker, 2 dokter bedah, 2 dokter anestesi, empat dokter umum, empat perawat umum, dua perawat anastesi, dan dua perawat bedah operasi.

Tim AJU 1 juga bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur dan IDI Surabaya. Mereka diminta hadir menggantikan fungsi rumah sakit di lokasi bencana yang sudah tidak bisa beroperasi.

Baca juga: Siwon Super Junior Berduka Untuk Korban Gempa Sulbar

Diketahui, kapal RSTKA berangkat dari Surabaya Minggu dini hari, 17 Januari 2021 dan masih menunggu meredanya pasang air laut. Dibutuhkan waktu tiga hari untuk sampai ke Makassar.

“Melihat situasinya yang darurat, Tim harus segera ke sana. Kita berkoordinasi dengan Tim Bencana Kemenkes. Kapal kita diminta hadir di sana. Rumah sakit di sana banyak yang tidak beroperasi,” ungkap Henry, Minggu, 17 Januari 2021.

Terlebih kondisi lapangan yang belum diketahui, Tim AJU I bakal menjadi pionir medis untuk membuka jalan ke lokasi. Menurut Henry, tim juga bertugas melakukan survei lokasi bencana dan mengumpulkan kebutuhan apa yang kurang di lapangan.

Baca juga: Sejarah Gempa dan Sesar Aktif di Sulbar

Berikutnya, Tim AJU I berkoordinasi dengan Rumah Sakit Dr. Soetomo dan Rumah Sakit UNAIR. “Tim AJU I akan mensurvei kondisi lapangan, informasi tempat berlabuh kapal, dan kebutuhan apa saja yang diperlukan di sana,” katanya.

Tim AJU 1 mempersiapkan kebutuhan medis, logistik, dan bantuan lain selama dua minggu. Di tengah pandemi covid-19, tim bekerja sama dengan rumah sakit lapangan untuk memeriksa perawat terlebih dahulu.

Kemudian, tim membawa peralatan safety lebih dari seribu pemeriksaan SWAB antigen, Alat Pelindung Diri (APD) Hazmat, peralatan laboratorium, masker N95, dan handsanitizer. Termasuk membawa lima tenda besar ukuran 4 x 8 meter yang dikhususkan untuk memisahkan pasien yang aman dan sebagai tempat istirahat tim. Selain itu, tim membawa bantuan logistik makanan, pakaian, dan buku untuk anak-anak di sana.

“Tentu, kita berharap mendapatkan dukungan maupun bantuan semua pihak. Termasuk fakultas di UNAIR. Kita membutuhkan mahasiswa, terutama mahasiswa perikanan dan kesehatan masyarakat sebagai trauma healing-nya masyarakat pesisir,” harapnya.

Kehadiran mahasiswa, sebut Henry, sangat dibutuhkan. Pendidikan anak-anak pesisir di sana jangan sampai terhenti.

“Saat ini situasinya untuk kapal dan tim kami berangkat berlayar serta pandemi masih berat. Kami akan tetap berusaha untuk sampai di sana dengan aman. Kami minta dukungan, doa, dan partisipasi dalam bentuk apapun untuk saudara kita di sana, terima kasih,” pungkas Henry. (medcom/hm06)

Related Articles

Latest Articles