12.1 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Luhut Tegaskan, 3 Alasan Indonesia Butuh China

Jakarta, MISTAR.ID

Menanggapi pihak-pihak yang nyinyir tentang hubungan Indonesia-China, akhirnya mengharuskan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan angkat bicara.

Luhut menjelaskan beberapa alasan kenapa Indonesia butuh kerjasama dengan China. Apa saja?

Pertama, 18% pergerakan ekonomi dunia dikontrol China.

“Dampak Covid-19 ini ada dampak di Tiongkok, kita nyinyir lihat Tiongkok. Tiongkok itu 18% mengontrol ekonomi dunia. Kita suka tidak suka saya harus sampaikan, kita nggak bisa ignore keberadaan dia. Nah ini punya dampak. Apalagi jarak kita dekat dengan dia,” terang Luhut dalam rapat bersama Banggar DPR RI, Senayan, Senin (22/6/20).

Baca Juga: Di Indonesia dan China, Pasar Tradisional Jadi Momok Klaster Baru Kasus Corona

Kedua, selain Amerika Serikat (AS), China juga memiliki pengaruh kuat terhadap pergerakan ekonomi dunia.

“Supaya anak muda tahu nih ekonomi Tiongkok ini hampir 18% pengaruhnya ke ekonomi global, kalau Amerika Serikat 25%. Maka Anda suka tidak suka, senang tidak senang, mau bilang apapun, Tiongkok ini kekuatan dunia yang tak bisa diabaikan,” jelas Luhut dalam sebuah diskusi via Zoom, Jumat (5/6/20).

Baca Juga: China Bantu Indonesia Sebesar Rp14 Triliun

Ketiga, Indonesia menganut sistem bebas aktif.

“Kita nggak boleh berpikir sempit, karena dalam UUD 1945 pun kita bebas aktif. Maka kita harus bisa berhubungan sama semua negara di dunia untuk buat negara kita kuat,” jelas Luhut.

“Nggak ada alasan buat permusuhan,” sambung Luhut.

Yang jelas, pemerintah Indonesia tetap memberi syarat ketat bagi kerja sama dan investasi yang masuk dari China. Setidaknya ada lima syarat wajib yang harus dipenuhi China bila ingin membangun kerja sama dengan Indonesia.

Baca Juga: Konflik AS dan China Berdampak ke Indonesia

“Dengan Tiongkok saya pikir investasi terus meningkat. Dan mereka memenuhi kriteria yang kita berikan. Jadi tidak ada tidak. Ada lima kriteria untuk masuk ke Indonesia. Satu, dia harus bawa teknologi. Dua dia harus teknologi transfer, tiga dia harus added value, keempat dia harus melakukan B2B dari tiap itu, kelima dia harus menggunakan tenaga kerja kita sebanyak mungkin,” tegas Luhut.

Tak hanya dengan China, Luhut memastikan, Indonesia juga menjalin kerja sama serupa dengan negara lain seperti Amerika Serikat dan di kawasan Timur Tengah. Contohnya dengan Abu Dhabi, untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia, negara tersebut menggelontorkan hampir US$ 25 miliar untuk investasi di sini.

“Kita memelihara balance of power antara Timur Tengah, Tiongkok dan Amerika Serikat. Dan sekarang pemerintahan Presiden Joko Widodo, hubungan kita dengan tiga-tiga ini, saya boleh katakan sangat baik. Ketika dengan Abu Dhabi untuk pertama kali ada masuk investasi yang masuk hampir US$ 25 miliar sepanjang sejarah republik dan itu semua ongoing,” terang Luhut.(detikcom/hm02)

 

 

Related Articles

Latest Articles