11.4 C
New York
Saturday, May 4, 2024

Pengamat: Selama Libur Panjang, Banyak Masyarakat Melanggar Protokol Kesehatan 

Medan, MISTAR.ID

Selama libur panjang di akhir Oktober 2020, banyak masyarakat yang lupa menerapkan  protokol kesehatan (prokes). Terlalu banyak kerumunan di tempat-tempat pusat perbelanjaan maupun wisata. Yang jelas hal ini bisa memperluas penyebaran Covid-19.

Hal ini disampaikan Pengamat Ekonom Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin. Berdasarkan pantauan yang dia cermati, salah satunya di wilayah Berastagi terjadi penumpukan jumlah wisatawan. “Tingkat hunian hotel terisi full, dan di pasar buah Berastagi terjadi lonjakan jumlah pengunjung,” kata Gunawan, Minggu (1/11/2020).

Penumpukan jumlah wisatawan juga terjadi pada sejumlah tujuan wisata lainnya. Seperti pantai, Danau Toba dan sejumlah objek wisata di wilayah Sumut.

Baca Juga:Gawat! Banyak Wisatawan dan Pengelola Lokasi Wisata Abaikan Protokol Kesehatan

“Nah, di pusat perbelanjaan modern juga demikian, terjadi lonjakan jumlah pengunjung. Peningkatan ini jelas menunjukkan kalau masyarakat tengah menikmati liburan panjang. Kondisi seperti ini bisa memperburuk keadaan dimana lonjakan jumlah pengunjung sangat mengkhawatirkan tidak hanya pada kesehatan masyarakat. Tetapi akan lebih berpengaruh terhadap kondisi ekonomi ke depan nantinya,” jelas Gunawan.

Pengaruh ekonomi tersebut, katanya, ada ancaman dari peningkatan kerumunan masyarakat dari sisi ekonomi. Peningkatan jumlah kunjungan masyarakat jika diikuti dengan penambahan peningkatan pasien Covid-19, maka yang terjadi selanjutnya adalah adanya potensi kenaikan harga kebutuhan pangan masyarakat.

“Jika penambahan Covid-19 ini nantinya akan membuat sejumlah pemangku kebijakan khususnya Gubernur memberlakukan PSBB ketat, atau rem darurat untuk wilayah DKI. Maka yang terjadi adalah jalur distribusi barang akan mengalami gangguan. Ingat, Sumut itu kebutuhan pokoknya tidak hanya dari Sumut. Karena Sumut juga bergantung ke wilayah lain seperti Jawa, Sumatera Barat (Sumbar) dan Aceh untuk sejumlah kebutuhan pokok seperti beras, bawang dan cabai,” terangnya.

Baca Juga:Kapolres Siantar: Tiap Tahapan Pilkada Harus Patuhi Protokol Kesehatan

Sehingga, kenaikan harga barang tersebut sulit dihindari. Selanjutnya, jika PSBB ketat diberlakukan lagi, maka yang menjadi masalah lain adalah adanya potensi tekanan laju pertumbuhan ekonomi. Artinya Indonesia akan kesulitan untuk keluar dari resesi. Beban ekonomi akan semakin berat dan tentunya masyarakat juga yang akan merasakan dampaknya nanti.

Apalagi bila ada penambahan kasus Covid-19, maka yang akan dirugikan adalah anggaran pemerintah. Semakin banyak penambahan pasien, maka semakin besar jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk kebutuhan medis. Kalikan saja jika asumsi paling murah anggaran pasien Covid-19 per orang adalah Rp105 juta.

“Jika mengacu kepada wilayah Sumut yang angka pasiennya lebih dari 12 ribu orang. Dan jika mereka semua mendapatkan perawatan. Maka setidaknya kita membutuhkan anggaran sekitar Rp1,3 triliun. Ini bicara Sumut, belum berbicara nasional. Belum lagi kerugian yang diakibatkan banyak orang meregang nyawa karena Covid-19. Jelas kerugian dalam bentuk seperti ini tidak bisa dihitung dengan angka-angka materi. Dengan anggaran yang semakin besar, dihantui resesi berkepanjangan, harga pangan naik, daya beli masyarakat anjlok, korban jiwa berjatuhan, hingga hutang pun menumpuk,” pungkasnya. (anita/hm12)

Related Articles

Latest Articles