12.6 C
New York
Friday, May 3, 2024

Korban Pelecehan Seksual di Angkot Masih Tak Sadarkan Diri, Ini Harapan Ayah

Medan, MISTAR.ID

Siswi SMK berinisial M yang koma setelah melompat dari angkutan kota (angkot) untuk mengindar dari pelaku pelecehan seksual terhadap dirinya telah mendapat donor darah golongan O+. Namun, kondisinya masih sama. Anak kedua dari tiga bersaudara itu hingga saat ini masih belum bisa diajak berbicara.

“Alhamdulillah sudah ada yang mendonor. Tapi kondisinya masih seperti itu,” ujar Didi Wardhana orang tua M, Jumat (9/9/22) siang.

Didi tak menyangka anaknya seperti ini. Seperti biasa, M selalu menaiki angkot yang melintas dari Jalan Dr Mansyur menuju simpang Jalan Setia Budi Medan. Kalau bukan Line 135, sesekali M akan menaiki angkot trayek 138.

“Cuma itu biasanya dinaiki anak saya. Kalau pastinya belum tahu, karena sampai sekarang anak saya belum bisa diajak berkomunikasi. Tentu dia yang tahu angkot apa yang dinaikinya saat kejadian,” ungkapnya.

Baca Juga:Siswi SMA Korban Pelecehan Seksual Belum Sadarkan Diri, Butuh Transfusi Darah 0+

Didi berharap bagaimana anaknya bisa sembuh. Sampai detik ini, dia tak berpikir apa harapannya pascaditangkapnya pelaku. Kini, dia juga harus menghadapi biaya perawatan anaknya yang tidak ditanggung BPJS.

“Masuk ke umum ini. Kalau ke pelaku enggak ada kepikiran, saya hanya berharap anak saya sembuh,” ucapnya.

Psikolog Irna Minauli angkat bicara terkait kejadian ini. Situasi shock yang dialami korban membuat dirinya dihadapkan pada dua pilihan antara melawan (to fight) atau lari dari situasi tersebut (to flight).

“Karena korban merasa tidak mampu melawan, maka ia memilih melarikan diri dengan cara keluar dari kendaraan yang sedang berjalan, sehingga berakibat pada luka yang dialaminya cukup fatal,” ujarnya.

Baca Juga:Pelaku Pelecehan Seksual Siswi SMA dalam Angkot di Medan Diciduk

Menurut Irna, pengalaman pelecehan seksual dapat menjadi pengalaman traumatis karena yang bersangkutan sering tidak dapat mengantisipasinya sehingga membuat mereka menjadi terkejut, marah dan malu.

“Kondisi trauma yang dialami dapat berlanjut jika tidak ditangani dengan baik,” ucapnya.

Menurut Direktur Mirnauli Consulting tersebut, setelah kejadian ini korban akan memendam rasa marah atau takut yang dapat terwujud dalam bentuk emosi yang labil atau bahkan mengalami fobia.

“Umumnya bentuk fobianya berkaitan dengan peristiwa tersebut, seperti fobia pada jenis kendaraan tertentu,” sebutnya.

Baca Juga:Pelaku Pelecehan Seksual Siswi SMA dalam Angkot, Babak Belur Dimassa

Jika ditinjau dari sudut pelaku, Irna menilai perbuatan-perbuatan melecehkan lawan jenis itu dilakukan mereka yang berada di bawah pengaruh narkoba. Sehingga mereka sering bertindak impulsif dan tidak mempertimbangkan dampak dari perbuatannya.

“Mereka juga tidak mampu menilai risiko yang akan dihadapi oleh dirinya maupun korban. Kemampuan mengantisipasi masalah menjadi rusak. Mereka juga sering kehilangan akal sehat dan empatinya,” ucapnya.

Sekadar mengingatkan, M menjadi korban pelecehan oleh YS (sudah ditangkap). Peristiwa itu terjadi saat M di dalam angkot yang dinaikinya untuk pergi ke sekolah, Senin (5/9/22) pagi. Di dalam angkot hanya ada dia dan YS. Saat angkot melintas di Jalan Dr Mansyur, YS tiba-tiba memegang dada korban. (ial/hm14)

Related Articles

Latest Articles