9.8 C
New York
Friday, April 26, 2024

Kehilangan Local Leader Disebut Jadi Pemicu Tawuran Warga di Belawan

Medan, MISTAR.ID

Seringnya tawuran antarwarga yang terjadi di kawasan Belawan mengindikasikan masyarakat di sana kehilangan local leader yang seharusnya bisa mencegah terjadinya konflik antarwarga di lokasi tersebut.

Pengamat Sosial dari Universitas Sumatera Utara (USU) Agus Suryadi mengatakan, tawuran yang terus menerus terjadi menjadi bukti di level grass root masyarakat kehilangan local leader.

Menurut Agus, local leader ini seharusnya bisa menjadi barometer dan panutan warga agar tawuran bisa diselesaikan di tempat. “Tapi peristiwa tawuran di Belawan ini bisa juga dipengaruhi faktor psikologis masyarakat terkait perkembangan kondisi sosial ekonomi, hingga pola kultur yang tidak diakomodir dengan baik,” ujar Agus, Jumat (23/7/21).

Baca juga: Pasca Tawuran di Belawan, Poldasu Turunkan Personil Brimob

Selain itu, kata Agus, faktor psikologis masyarakat baik secara internal maupun eksternal menjadi faktor pendukung lainnya kenapa tawuran tersebut terus berulang. Secara internal, faktor tersebut berupa pola pikir masyarakat dan kultur yang dibawanya.

“Sementara untuk faktor eksternal bisa dipengaruhi kondisi yang berkembang saat ini, hingga masyarakat mengalami stres,” ungkapnya. Menurut Agus, kondisi-kondisi tersebut dinilai membuat warga kerap menyelesaikan persoalan yang ada di tengah mereka dengan pola yang mereka pikirkan seperti tawuran ataupun kekerasan.

“Tawuran ini kan sebenarnya hanya karena persoalan sepele. Tapi karena tidak ada local leader yang bisa menjembatani persoalan di masyarakat, kemudian tersinggung dan mereka menyelesaikannya dengan cara kekerasan,” ucapnya.

Agus mengimbau tawuran di kawasan Belawan tersebut harus diselesaikan dengan melibat tokoh-tokoh masyarakat, agama dan pemuda mulai dari level paling kecil. Langkah tersebut, kata dia, dinilai baik untuk mencegah konflik tersebut pecah kembali.

Baca juga: Lemparan Bom Molotov saat Tawuran di Belawan Picu Kebakaran Gereja

“Libatkan tokoh agama seperti nazir masjid, sintua, ataupun tokoh agama dalam menyelesaikan persoalan ini. Libatkan baik mereka yang informal dan formal untuk membicarakan persoalan,” ujarnya.

Agus berharap persoalan tersebut tidak dibiarkan berlarut-larut karena akan berimbas kepada masyarakat. Penjarahan hingga pembakaran yang terjadi adalah dampak dari persoalan yang terjadi di level grass root dibiarkan berlarut-larut. “Kalau sudah sampai ke penjarahan, maka aparat harus mengambil tindakan tegas karena sudah masuk ke tindak kriminal,” pungkasnya. (ial/hm09)

Related Articles

Latest Articles