16 C
New York
Saturday, May 4, 2024

Imbas Keterlambatan Pasokan BBM, Pengiriman Barang dari Pelabuhan Belawan Terganggu

Medan, MISTAR.ID

Akibat dari keterlambatan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kekosongan di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak (SPBU) di Kota Medan yang terjadi sejak beberapa hari ini, menyebabkan pengiriman barang terganggu terutama barang ekspor dan impor dari Pelabuhan Belawan.

Seperti yang diungkapkan Ketua DPC Organda Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) Belawan, Ery Salim. Dia mengatakan, sangat sulit mendapatkan BBM jenis solar sehingga mengganggu aktivitas di pelabuhan.

“Akan terhambat ekspor dan impor. Karena tidak bisa mengirim barang dan penerimaan barang. Maka kontainer ekspor akan terhambat. Dan, paling kita rasakan tiga hari belakangan ini. Memang minggu lalu mulai terasa tetapi selama 3 hari ini truk kontainer berputar-putar mencari bahan bakar di sejumlah SPBU. Kalau ada informasi dimana ada solar kita datangi, tetapi tidak juga terpenuhi,” jelasnya pada wartawan, Jumat (15/10/21).

Baca Juga:Poldasu Panggil Kepala Pemasaran Pertamina Terkait Kelangkaan BBM

Bahkan, karena kesulitan mendapatkan BBM jenis solar membuat sekitar 30% armada khusus mengangkat barang-barang pelabuhan tidak beroperasional karena tak ada bahan bakar.

Armada yang beroperasional juga sangat terganggu karena tidak bisa optimal. “Sebab mencari solar saja sudah menghabiskan waktu yang banyak baru bisa ambil barang ke pelabuhan atau antar barang ke pelabuhan. Itu yang paling kita rasakan,” bebernya.

Untuk itu, mereka meminta agar Pertamina memenuhi kebutuhan BBM sehingga bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya, agar bisa melayani pelabuhan internasional dan domestik.

Baca Juga:Masyarakat dan Sopir Keluhkan Kekosongan BBM di Medan

“Karena kita melayani pengiriman komoditi 9 bahan pokok skala besar yang memang keluar masuk dari Pelabuhan Belawan. Kalau ini terus berlangsung akan semakin tinggi nilai kerugian yang terjadi, terutama ekspor ke negara lain akan terlambat. Dari gabungan perusahaan ini ada sekitar 30% yang terganggu dengan jumlah sekitar 4.900 armada yang tergabung di Angsuspel yang beroperasional di Pelabuhan Belawan. Jadi sangat terganggu sekali,” tegasnya.

Pengusaha Angkutan Umum Tujuan Luar Medan Juga Terganggu

Selain terganggunya dari pengiriman barang di Pelabuhan Belawan, pengusaha angkutan umum juga mengeluhkan hal yang sama.

Dikatakan Direktur PT Sampri Trans Mangasi Sitanggang, dari 300 unit armada, ada 30% mobil angkutan yang tidak beroperasional tujuan luar Kota Medan lantaran kehabisan waktu mencari SPBU yang memiliki stok BBM solar.

Baca Juga:Poldasu Dalami Kelangkaan BBM di Sumut

“Nanti sopir kita sudah ngantri panjang-panjang, tiba masuk SPBU, solarnya habis. Begitulah sepanjang hari. Jadi banyak yang gak jalan. Aturan bisa pulang ada yang gak bisa pulang. Nah, kadang diakali tengah malam cari-cari SPBU yang memiliki stok di Kota Medan bawa jerigen untuk isi minyak. Biar ada stoknya bisa sampai ke Medan, dan sebaliknya. Angkutan kita ini dari Medan ke Samosir, Medan ke Sidikalang, Medan ke Pakpak Bharat, ke Humbahas, Dolok Sanggul dan Tapanuli Tengah, maka semua terkendala sudah 3 sampai 4 hari ini,” jelasnya.

Ia juga sudah mendapat informasi, katanya karena ada hubungan penurunan PKM Level 3 ke PPKM Level 2 sehingga peningkatan mobilitas semakin tinggi.

“Tetapi ini bukan meningkatnya kendaraan keluar. Kesiapan pemerintahnya kita gak tahu seperti apa. Apa mereka mau naikkan atau gimana ini. Makanya mau gak mau beralih dexlite. Kalau penumpang ini tidak ngerti mereka, mana mungkin kita naikkan tarif,” ucapnya.

Baca Juga:Pertamina: Stok BBM Aman, Kapal Tanker Berisi 15.900 KL BBM Telah Merapat

Sama halnya yang dikatakan Komisaris PT ALS dan Sekretaris DPD Organda Sumut, Indra Lubis. Dengan sulitnya mendapatkan BBM jenis solar ini, penumpang juga terkendala sampai tempat tujuannya. Misalnya dari Padang seharusnya sampai pagi, ini bisa siang atau sore.

“Karena terkendala sulitnya dapatkan BBM. Belum lagi macet di jalan dan ngantri. Kalau keberangkatan tetap seperti biasa ya, hanya saja nyampe di suatu tempatnya terkendala. Begitu juga dengan paket barang yang telat nyampenya. Misalnya dari Jawa berangkat perhitungannya 2 hari namun telat. Dan, kalau kita ganti pakai dexlite menambah anggaran minyak perjalan kita padahal ongkos gak bisa kita naikkan,” bebernya.(anita/hm10)

Related Articles

Latest Articles