10.3 C
New York
Thursday, April 18, 2024

Edy Rahmayadi Perintahkan Bank Sumut Berikan Pinjaman Modal ke Petani

Medan, MISTAR.ID

Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Edy Rahmayadi menginstruksikan Bank Sumut untuk memberikan pinjaman modal pertanian kepada petani dengan bunga 5 persen per tahun.

Sehingga dapat memberikan dampak kesejahteraan kepada petani di Sumut dan petani tidak tergantung dengan pinjam modal dari tengkulak lagi.

“Saya sudah perintahkan Bank Sumut, anggaran ini (berikan pinjaman modal) sampai mampu (bunga) 5 persen di Sumut ikut dalam hal ini,” kata Edy pada wartawan, Jumat (2/9/2022).

Baca Juga:Edy Soroti Permainan Tengkulak Dalam Pasokan Komoditas Cabai Merah di Sumut

Menurut Edy, instruksi tersebut sudah disampaikannya sejak tiga tahun lalu, namun terkesan diabaikan oleh Bank Sumut.

“Tolong kawal ini, perintah saya sudah tiga tahun lalu. Tapi, sulit menterjemahkan ini, mudah-mudahan bisa kita lakukan ini,” ungkapnya.

Dengan pemberian pinjam modal pertanian ini, menurut Edy ada kehadiran pemerintah dan BUMD hingga tingkat bawah seperti petani yang dirasakan langsung. Sehingga semua ini dapat dikendalikan dengan baik.

Baca Juga:Gubernur Edy Targetkan Pengendalian Inflasi Terlihat Hasilnya Bulan Depan

“Gubernur punya Bank Sumut, saham terbesar di Bank Sumut adalah Gubernur, bisa mengambil kebijakan itu, 5 persen per tahun. Beda dengan 3 persen per hari. Anda bayangkan bisa kita lakukan itu, itu Kehadiran BUMD dan itu kehadiran Pemprov Sumut sampai ke bawah,” jelasnya.

Mantan Pangdam I Bukit Barisan itu, mengungkapkan permainan tengkulak, dengan ‘menjerat’ petani memberikan pinjaman modal pertanian disertai dengan bunga yang sangat besar, per hari 3 persen. Hal ini, menurut Edy tidak adil bagi petani.

“Yang sah (permainan tengkulak) ini, perlu diatur. Kehadiran BUMD harus diatur, contoh petani cabai diatur oleh tengkulak. Pastinya, dia sudah sah dia. Tetapi, petani tidak makmur, yang makmur siapa? tengkulak itu,” ucapnya.

Dalam perjanjian peminjaman modal pertanian itu, hasil panen pertanian harus dijual kepada tengkulak dipotong dari utang pinjaman modal tersebut.

Baca Juga:Edy Rahmayadi Berharap Inflasi Jangan Sampai Membuat Krisis Pangan

Dampaknya, sangat merugikan petani menjual hasil pertanian murah dengan dipotong utang. Sedangkan, tengkulak menjual kembali hasil pertanian dengan harga mahal yang dikendalikan.

Ditambah lagi, untuk keuntungan yang besar. Tengkulak menjual hasil pertanian ke luar provinsi. Sehingga pasokan menepis dan harga komoditas tersebut menjadi mahal saat dibeli masyarakat.

“Ini tidak adil (bagi petani), maka harus ada Kehadiran BUMD,” pungkasnya. (Anita/hm01)

Related Articles

Latest Articles