11.5 C
New York
Sunday, May 5, 2024

Dokter di Indonesia Sangat Minim, Sulitnya Uji Kompetensi Hambat Lahirnya Dokter Baru 

Medan, MISTAR.ID

Keberadaan dokter di Indonesia sangat minim. Tercatat berdasarkan data statistik hanya ada 0,4 persen dokter yang ada di Indonesia atau 4 orang dokter hanya menangani 10.000 pasien. Belum lagi rasio dokter spesialis yang hanya 1,3 persen dokter yang melayani 1.000 penduduk.

Menanggapi data ini, Ketua Persatuan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Cabang Sumatera Utara (Sumut), dr Rudi Rahmadsyah Sambas persoalan saat ini karena untuk menjadi seorang dokter itu prosesnya cukup lama.

“Maka sangat disayangkan di masa pandemi ini profesi dokter ini bila tidak dimaksimalkan,” terangnya pada Harian Mistar, Senin (14/9/20).

Baca Juga: Lagi, Dokter Spesialis Anak di Medan Gugur Akibat Covid-19

Sambung dr Rudi, untuk persoalan kenapa profesi dokter masih minim apalagi untuk dokter spesialis yang sangat minim di daerah, dikatakannya pihaknya terus menyampaikan kepada pemerintah kenapa seorang dokter ini sangat minim di daerah.

“Karena menjadi dokter ini butuh waktu dan banyak menghabiskan biaya. Udah tamat kuliah lalu masuk tahap uji kompetensi dokter dan masuk persiapan internship. Kalau gak lulus ya ujian terus sampai lulus. Kalau uji kompetensi itu mudah dan diproses standarnya, ya akan banyak dokter muda yang tamat. Tapi sekarang itu dokter itu tamatnya terbatas karena uji kompetensi itu,” terangnya.

Lanjutnya, untuk di Medan saja sudah banyak universitas kedokteran mulai dari USU, UMSU, UNPRI, Nomensen, UISU, dan Methodist.

Baca Juga: 22 Bintang Jasa Tenaga Medis Korban Covid-19 Bakal Diberikan

“Namun rata-rata rekan-rekan sejawat ini nyangkut di uji kompetensi. Ada ujian OSCE dan uji komputer. Biasanya ada yang lulus di OSCE namun di komputer tidak begitu sebaliknya dan ya gak akan lulus. Gitu-gitu  ajalah gak ada jalan keluarnya. Padahal masyarakat membutuhkan dokter,” bebernya.

Apalagi saat ini biaya menjadi dokter sangat mahal untuk menjadi dokter umum saja bisa menghabiskan biaya ratusan juga. Bagaimana bila menjadi dokter spesialis akan lebih besar lagi.

“Mirisnya lagi jadi dokter ini honornya juga sangat minim. Honor tidak UMR baik di klinik atau RS. Padahal dokter umum ini adalah rahimnya kedokteran kalau mau jadi dokter spesialis ya mulai dulu jadi dokter umum,” ungkapnya.

Dengan minimnya kesejahteraan dokter umum akan membuat dokter umum sulit untuk berkembang. Karena, seorang dokter harus terus mengupgrade keilmuannya sesuai dengan perkembangan jenis penyakit yang ada.

“Masalah ini juga sudah kita sampaikan ke IDI, tapi ya belum ada juga perubahan,” pungkasnya. (anita/hm02)

 

 

 

Related Articles

Latest Articles