11.2 C
New York
Monday, May 6, 2024

Rusia Blokir Jalur Utama Ekspor, Pasokan Pangan Dunia Terancam Moskow, MISTAR.ID

Moskow, MISTAR.ID

Rusia hingga kini masih menghalangi ekspor gandum dari Ukraina dan Rusia, yang merupakan bagian penting dari pasokan pangan dunia. Demikian dilaporkan perusahaan agrikultur terbesar Jerman, BayWa.

“Tidak ada (gandum) diekspor dari pelabuhan Ukraina saat ini. Tidak ada yang meninggalkan negara itu sama sekali,” kata Jrg-Simon Immerz, Kepala Perdagangan bagian biji-bijian di BayWa kepada kantor berita Jerman dpa.

Pernyataan Immerz didukung oleh Otoritas Maritim Panama, yang pada Rabu (16/3/22) lalu mengatakan, Angkatan Laut Rusia mencegah 200-300 kapal meninggalkan Laut Hitam. Kebanyakan dari kapal itu mengangkut gandum.

Baca Juga:Vatikan Siap Fasilitasi Dialog Antara Rusia dan Ukraina

Noriel Arauz, administrator Otoritas Maritim Panama mengatakan, tiga kapal berbendera Panama telah diserang Rusia sejak invasi ke Ukraina dimulai pada tanggal 24 Februari lalu. Satu kapal tenggelam dan dua lainnya rusak, sementara ini tidak ada korban tewas dan luka.

Sementara surat kabar Inggris The Guardian melaporkan, beberapa kapal lain juga telah diserang sejak invasi dimulai, termasuk dari Bangladesh dan Estonia, yang menyebabkan satu orang tewas. Rusia beralasan pemblokiran kapal-kapal tersebut karena adanya potensi risiko tinggi ranjau, yang diklaim Rusia telah dipasang oleh Angkatan Laut Ukraina.

Ketahanan Pangan Terancam

Pertanyaan yang dilontarkan adalah, berapa banyak gandum yang dapat diproduksi Ukraina tahun ini, dalam situasi konflik. Pada saat yang sama, Rusia telah menyatakan akan membalas sanksi Barat, yang telah melumpuhkan ekonominya.

Pembatasan ekspor gandum dan pupuk diduga berada di urutan teratas dalam daftar sanksi balasan Moskow, yang dapat memiliki konsekuensi lebih lanjut bagi pasokan pangan dunia dan inflasi harga pangan.

Baca Juga:Tolak Penundaan Pemilu dan Stop Perang Rusia-Ukraina, Partai Buruh dan FSPMI akan Gelar Aksi di DPRD Sumut

Rusia memproduksi hampir 80 juta ton gandum per tahun dan mengekspor hampir 30 juta ton, sementara Ukraina mengekspor sekitar 20 hingga 25 juta ton gandum per tahun.

Immerz dari BayWa lebih lanjut mengatakan, seluruh pasar kini mengikuti ekspor Ukraina lebih dari Rusia, karena ekspor Rusia saat ini dianggap lebih berisiko. “Gandum disemai di musim gugur dan sekarang saatnya perlu diberi pupuk,” kata Immerz. “Jagung bahkan belum ditaburkan, dan jika itu tidak bisa ditaburkan, tentu saja, tidak akan ada panen,” sambungnya.

BayWa namun meyakini, tidak ada alasan untuk takut akan kekurangannya pasokan gandum, karena lebih banyak gandum yang dipanen di Uni Eropa (UE) daripada yang dikonsumsi.

“Uni Eropa mengekspor sekitar 30 juta ton gandum setiap tahun, dan Jerman juga merupakan negara pengekspor pada tahun-tahun normal,” kata Immerz. Tapi itu tidak berlaku untuk semua jenis biji-bijian. “Kita mengandalkan impor untuk jagung,” tambahnya.

Baca Juga:Rusia Luluh Lantakkan 3 Sekolah dan Gereja Katedral di Kharkiv Ukraina

Kebutuhan Pangan Afrika Rentan

Sementara itu, sebuah laporan baru oleh Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) telah memperingatkan tentang dampak perang terhadap situasi pangan di Afrika.
Antara tahun 2018 dan 2020, impor gandum dari Rusia menyumbang hampir sepertiga dari total kebutuhan benua itu, sementara sekitar 12% berasal dari Ukraina.

Laporan UNCTAD mengatakan, hingga 25 negara Afrika, terutama negara dengan ekonomi kurang berkembang, bergantung pada impor gandum dari Rusia dan Ukraina.

Laporan itu juga memperingatkan, kurangnya kapasitas cadangan pangan di Afrika membatasi kemungkinan untuk mengimbangi pasokan yang hilang. Sementara melonjaknya harga pupuk akan menjadi beban tambahan bagi petani.

Baca Juga:Perundingan Ukraina dan Rusia Sudah Dimulai, Ini Ungkapan Penasehat Zelensky

Diperlukan Koridor Pengiriman yang Aman

Organisasi Maritim Internasional PBB (IMO) telah menyerukan apa yang disebut koridor maritim, untuk memungkinkan kapal-kapal meninggalkan Laut Hitam tanpa risiko serangan atau menabrak ranjau.

“Aksi militer yang sedang berlangsung di Laut Hitam dan Laut Azov menghadirkan ancaman serius dan langsung terhadap keselamatan dan keamanan awak dan kapal yang beroperasi di wilayah tersebut,” kata IMO dalam sebuah pernyataan yang dirilis awal pekan ini.

“Keseriusan situasi ini digarisbawahi oleh semakin banyak laporan dari sumber terbuka, tentang insiden keamanan yang melibatkan kapal barang,” lanjut pernyataan itu.

IMO saat ini berhubungan erat dengan semua pemangku kepentingan utama di kawasan itu, untuk berkontribusi dalam upaya mengatasi keselamatan dan keamanan pelayaran kapal di kawasan Laut Hitam. (detik/hm12)

Related Articles

Latest Articles