12.3 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Resesi Global, Puluhan Perusahaan Kakap di AS Ajukan Pailit

New York, MISTAR.ID

Jumlah perusahaan di Amerika Serikat (AS) yang mengalami kebangkrutan pada September 2020 diperkirakan semakin bertambah seiring kenaikan kasus perusahaan yang mengajukan gugatan pailit.

Bank Investasi Jefferies memperkirakan jumlah perusahaan bangkrut akibat terlindas resesi AS jumlahnya menanjak 244 persen pada Juli dan Agustus dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sebut saja, Brooks Brothers, Hertz, California Pizza Kitchen, dan Chuck E. Beberapa perusahaan yang bangkrut dan telah mengajukan gugatan pailit pada musim panas AS.

Baca Juga: Jepang di Lumpur Resesi, Indonesia Diprediksi Menyusul

Masih menurut Jefferies, department store Lord & Taylor dan Century 21, bahkan tutup sepenuhnya. Namun, ada juga perusahaan yang beruntung menemukan pembeli, seperti JCPenney yang berusia 118 tahun.

“Ada banyak perusahaan yang dirugikan meski kami bekerja 24 jam sehari,” ujar Joseph Acosta, mitra di Dorsey & Whitney yang fokus pada isu kebangkrutan, mengutip CNN Business, Minggu (13/9/20).

Ia melanjutkan beberapa bulan terakhir, pengajuan pailit oleh perusahaan besar meningkat 120 persen, termasuk dari pelopor Chesapeake Energy, perusahaan peralatan dapur kelas atas Sur La Table, dan Cirque du Soeil.

Baca Juga: IMF: Saat Ini Dunia Resesi

Dari sektor usahanya, berdasarkan penelitian Jefferies, pengajuan kebangkrutan penerbangan naik 110 persen, sedangkan industri minyak dan gas naik 45 persen, termasuk juga industri hiburan yang naik 22 persen.

“Jumlah kebangkrutan saat ini belum mencapai puncaknya. Puncaknya akan datang saat pemerintah menghentikan paket bantuan,” tutur Acosta.

Sebelumnya, bank sentral AS, The Federal Reserve, sempat menggelontorkan dana bantuan bagi sektor industri di AS, termasuk juga pelaku usaha kecil dan menengah.

Namun begitu, kebangkrutan di usaha kecil dan menengah belum tampak melonjak. Diduga karena pengajuan pailit oleh perusahaan kecil lebih sedikit jika dibandingkan perusahaan besar.

“Mungkin juga karena ada perbedaan kas/likuiditas yang tidak mencukupi untuk menyewa pengacara kebangkrutan,” jelas Ken Usdin, analis perbankan Jefferies.

Dengan kata lain, ia melanjutkan, perusahaan-perusahaan kecil tersebut bahkan tidak mampu untuk menutup biaya jika pailit.(CNN.hm02)

 

 

Related Articles

Latest Articles