10.8 C
New York
Monday, May 6, 2024

Polisi Myanmar Diperintahkan Tembak Mati Demonstran

Champhai, MISTAR.ID
Pria bernama Tha Peng (bukan nama lengkap) mengaku, diperintah untuk menembaki para demonstran menggunakan senapan mesin ringan untuk membubarkan mereka.

Tha Peng Merupkan polisi Myanmar yang membelot pemerintahan junta dan kabur ke India mengungkap pengalamannya, terkait kudeta menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang memicu demonstrasi besar-besaran. Tha Peng bertugas di Kota Khampat Myanmar, pada 27 Februari 2021, saat diperintah menembaki demonstran namun dia menolak.

“Keesokan harinya, seorang petugas menelepon dan menanyakan apakah saya akan menembak,” ujar pria 27 tahun itu, seraya menolak kembali perintah tersebut kemudian mengundurkan diri.

Pada 1 Maret, dia meninggalkan rumah dan keluarganya di Khampat untuk menempuh perjalanan ke perbatasan India. Dia berjalan selama 3 hari pada malam agar tak terdeteksi tentara, sebelum menyeberang ke India melalui Negara Bagian Mizoram.

Baca Juga:Lagi, Dua Demonstran Myanmar Tewas Ditembak Di Kepala

“Saya tidak punya pilihan,” kata Tha Peng, dikutip dari Reuters, Rabu (10/3/21). Tha Peng juga menunjukkan foto dirinya mengenakan seragam polisi Myanmar. Dia mengatakan bergabung dengan kepolisian Myanmar sejak 9 tahun lalu.

Menurut aturan kepolisian, kata dia, demonstran harus dihentikan dengan peluru karet atau ditembak di bawah lutut. Namun saat itu Tha Peng dan rekan-rekannya diperintah oleh atasan untuk menembak demonstran sampai mati.

Tha Peng tidak sendiri, ada enam rekannya yang juga menentang perintah atasan pada 27 Februari. Polisi lainnya, Ngun Hlei, mengaku ditempatkan di Kota Mandalay. Dia juga mendapat perintah untuk menembaki demonstran.

Tha Peng dan Ngun Hlei yakin polisi bertindak atas perintah militer Myanmar, dikenal sebagai Tatmadaw. “Militer menekan pasukan keamanan yang sebagian besar merupakan polisi untuk menghadapi rakyat,” kata mereka.

Baca Juga:Pendemo Myanmar Bakal Mogok Besar-besaran

Ngun Hlei mengatakan dia ditegur karena tidak mematuhi perintah lalu dibebatugaskan. Dia lalu meminta bantuan aktivis pro-demokrasi dan diarahkan ke Desa Vaphai hingga menyeberang ke Mizoram pada 6 Maret.

Sebuah dokumen yang ditulis petugas kepolisian Mizoram membeberkan secara rinci biografi para polisi Myanmar disertai penjelasan mengapa mereka melarikan diri.

“Karena gerakan pembangkangan sipil mendapat momentum dan demonstrasi yang digelar di berbagai tempat, kami diperintah menembak para pengunjuk rasa,” demikian isi dokumen. “Dalam skenario itu, kami tidak punya nyali untuk menembak warga kami yang merupakan demonstran damai,” kata mereka, melanjutkan.

Baca Juga:Demo Anti Kudeta Myanmar, Remaja Putri Tewas Tertembak di Kepala

Sejauh ini sekitar 100 warga Myanmar, kebanyakan polisi dan keluarga mereka, melintasi perbatasan India. Beberapa dari mereka meminta perlindungan di Distrik Champhai, Mizoram.

Sementara itu pemerintahan junta mengklaim mereka sudah berusaha menahan diri dalam menangani demonstran yang melakukan huru-hara. Mereka menuduh demonstran menyerang polisi serta merusak keamanan dan stabilitas nasional.

Unjuk rasa menentang kudeta telah merenggut lebih dari 60 nyawa demonstran serta 1.800 lainnya ditahan, demikian data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.(ltn/hm10)

Related Articles

Latest Articles