12 C
New York
Monday, May 13, 2024

Lagi, Dua Demonstran Myanmar Tewas Ditembak Di Kepala

Naypyidaw, MISTAR.ID

Kekerasan terhadap pengunjuk rasa terus terjadi di Myanmar. Dua pengunjuk rasa anti-kudeta militer Myanmar tewas akibat luka tembak di kepala, dalam aksi protes yang berlangsung Senin (8/3/21). Seorang saksi mengaku ikut membantu memindahkan mayat, dan menyampaikan kepada media dua orang ditembak di kepala dan meninggal di tempat. Tiga orang terluka.

“Betapa tidak manusiawi membunuh warga sipil yang tidak bersenjata, kita harus memiliki hak untuk memprotes secara damai,” kata saksi tersebut. Foto yang diposting di Facebook menunjukkan mayat dua pria tergeletak di jalan di kota utara Myitkyina.

Saksi mata mengatakan mereka ikut serta dalam protes ketika polisi menembakkan granat kejut dan gas air mata. Beberapa orang kemudian terkena tembakan dari gedung-gedung di dekatnya.

Baca juga: Ditangkapi Polisi Malam-malam, Puluhan Ribu Warga Myanmar Kembali Demo

Tidak begitu jelas siapa yang menembaki para pengunjuk rasa meski polisi dan militer berada di tempat protes, kata para saksi. Meski begitu massa yang berdemonstrasi menentang kudeta tetap berkumpul di Yangon serta kota terbesar kedua, Mandalay dan beberapa kota lainnya.

Pemimpin aksi protes Maung Saungkha di Facebook mendesak perempuan untuk menentang kudeta dengan keras, sementara Nay Chi, salah satu penyelenggara gerakan sarung, menggambarkan perempuan sebagai “revolusioner”. “Rakyat kami tidak bersenjata tetapi bijaksana. Mereka mencoba memerintah dengan ketakutan, tetapi kami akan melawan ketakutan itu,” katanya kepada media.

Para demonstran mengibarkan bendera yang dibuat dari htamein (sarung wanita) di beberapa tempat atau menggantungnya di seberang jalan untuk menandai Hari Perempuan Internasional sambil mengutuk junta militer. Berjalan di bawah sarung wanita, menurut pandangan tradisional dianggap membawa sial bagi pria dan cenderung memperlambat gerakan polisi dan tentara.

Setidaknya sembilan serikat pekerja yang meliputi sektor konstruksi, pertanian dan manufaktur meminta “semua orang Myanmar” menghentikan pekerjaan untuk membalikkan kudeta dan memulihkan demokrasi. Membiarkan bisnis dan kegiatan ekonomi terus berlanjut akan membantu militer “karena mereka menekan energi rakyat Myanmar”, kata serikat pekerja dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Demo Anti Kudeta Myanmar, Remaja Putri Tewas Tertembak di Kepala

“Sekaranglah waktu untuk mengambil tindakan mempertahankan demokrasi kita.” Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, militer mengatakan telah menangkap 41 orang pada hari sebelumnya. Pada Minggu (7/3/21) Seorang pejabat dan manajer kampanye lokal dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi Khin Maung Latt meninggal dalam tahanan polisi.

Ba Myo Thein, seorang anggota parlemen kepemimpinan Aung San Suu Kyi, mengatakan ada memar di kepala dan tubuh Khin Maung Latt. Hal itu menimbulkan kecurigaan bahwa dia telah “disiksa dengan kejam”.

Polisi di distrik Pabedan di Yangon, tempat Khin Maung Latt ditangkap pada Sabtu malam, menolak berkomentar. Seorang juru bicara militer juga tidak menjawab ketika dimintai komentar. Pembunuhan itu telah memicu kemarahan di Barat dan dikutuk oleh sebagian besar negara demokrasi di Asia.

Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya memberlakukan sanksi pada junta militer. Australia pada Minggu memutuskan hubungan pertahanan, dengan mengatakan pihaknya hanya akan berurusan dengan kelompok non-pemerintah di Myanmar. Tetangga raksasa Myanmar, China, menyatakan siap melibatkan diri untuk meredakan krisis dan tidak memihak pada siapapun. (cnn/hm09)

Related Articles

Latest Articles