7.9 C
New York
Friday, April 19, 2024

Kapal Perang Rudal AS Masuk Laut China Selatan, Ini Reaksi China

Beijing, MISTAR.ID
Beijing menuntut Washington untuk mengontrol dan membatasi operasi Angkatan Laut-nya di Laut China Selatan.

Seruan ini muncul sebagai wajud dari kemarahan China terhadap kapal perang Amerika Serikat (AS), USS John McCain yang memasuki perairan sekitar Kepulauan Paracel, Laut China Selatan, Jumat (9/10/20).

Itu adalah kepulauan yang jadi sengketa antara Beijing dan beberapa negara Asia Tenggara. Menurut Beijing, kapal perang bersenjata peluru kendali atau rudal tersebut memasuki perairan Kepulauan Paracel tanpa izin.

Baca Juga:Presiden China Ingin Perkuat Hubungan dengan Korut

Juru bicara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, Kolonel Zhang Nandong, menuduh Amerika melenturkan otot militernya dengan manuver USS John McCain tersebut.

“Ini adalah hegemoni navigasi telanjang dan provokasi militer,” tegas Kolonel Zhang dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Sabtu (10/10/20).

“Kami menuntut AS segera menghentikan tindakan provokatif tersebut, (dan) secara ketat mengontrol dan membatasi operasi militer di laut dan udara untuk menghindari kecelakaan,” ungkapnya.

Militer China mengklaim AS sering mengirim kapal perang ke Laut China Selatan untuk memamerkan kekuatannya dan sangat melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China.

Baca Juga:AS dan 39 Negara Mendesak China Hormati HAM Etnis Uighur

Juru bicara PLA itu mengatakan akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk secara tegas menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Pada Juli lalu, China menuduh AS berlayar melintasi dunia seperti pengganggu setelah dua kapal induk, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan, dikirim ke Laut China Selatan untuk unjuk kekuatan.

Baca Juga:Jet Tempur China Jatuh Diserang Burung

Beijing mengklaim sebagian besar Laut China Selatan berdasarkan “nine-dash line (sembilan garis putus-putus)”, sebuah peta kuno miliknya yang berasal dari tahun 1940-an.

China telah menghabiskan waktu bertahun-tahun membangun pangkalan militer di pulau-pulau buatan di kawasan sengketa tersebut, yang merupakan rumah bagi cadangan minyak dan gas yang berharga dan merupakan jalur air komersial yang penting.(snd/hm10)

Related Articles

Latest Articles