7.9 C
New York
Friday, April 19, 2024

Covid-19 India Parah, Daftar Tunggu Pasien RS Capai 250 Orang

New Delhi, MISTAR.ID

Infeksi Covid-19 di India semakin memburuk. Pada 14 Oktober, Farah Husain, seorang dokter spesialis perawatan kritis di rumah sakit penanganan Covid-19 terbesar di Delhi, menghela napas lega karena mengira Covid-19 telah berlalu. Hampir sebulan kemudian, Husain terdengar sedih.

“Saya benar-benar mengira kita sudah melaluinya. Sekarang kami menghadapi intensitas lonjakan kasus virus corona pada musim dingin,” katanya. Para dokter khawatir Delhi akan menjadi pusat gelombang pertama penularan pada musim dingin di India. Ibu kota India itu sampai sekarang telah mencatat kenaikan lebih dari 128.000 kasus sejak awal November.

Pada 12 November, tercatat 8.593 kasus, yang merupakan rekor kasus harian tertinggi sejak wabah dimulai. Delhi sekarang mencatat kenaikan kasus harian paling tinggi daripada negara bagian mana pun. Jumlah kasus total di Delhi telah melebihi 500.000.

Baca juga: Bahaya! Infeksi Covid-19 Di India Tembus 9 Juta

Pada Rabu (18/11/20), Delhi melaporkan 131 kematian akibat Covid-19, yang merupakan jumlah korban dalam satu hari yang tertinggi di kota tersebut. Lebih dari 8.300 orang telah meninggal akibat Covid-19 sejauh ini. Tingkat positif tes virus corona di Delhi adalah 12 persen, yaitu lebih dari tiga kali lipat dari rata-rata nasional.

Rumah sakit dibanjiri pasien dan ranjang perawatan intensif terisi dengan cepat. “Orang-orang kesulitan untuk mendapatkan tempat tidur. Bahkan saya tidak bisa mendapatkan tempat tidur untuk teman atau keluarga saya, sangat buruk,” kata dokter Harjit Singh Bhatti, seorang konsultan di Rumah Sakit Manipal, sebuah rumah sakit swasta Delhi.

Secara total, 75 ranjang untuk pasien terjangkit virus corona dan 10 ranjang perawatan kritis di rumah sakitnya sudah terisi. Vikas Pandey, yang membawa seorang kerabatnya untuk dirawat di sebuah rumah sakit swasta terkemuka, mengatakan ada daftar tunggu berisi 250 pasien untuk tempat tidur Covid-19.

“Ini lebih buruk daripada di musim panas. Ini gila,” katanya. Lonjakan ini dipicu oleh pembukaan kantor, pabrik dan pasar, serta peningkatan interaksi sosial selama musim festival yang ramai. Serta diperburuk oleh suhu udara yang turun dan polusi udara yang meningkat. Sementara, Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash Narayan (LNJP) di Delhi, yang memiliki 2.000 tempat tidur juga penuh dengan pasien.

Baca juga: Februari 2020, Vaksin Covid-19 Buatan India Diluncurkan

Farah Husain bertugas di unit perawatan intensif Covid-19 di LNJP, yang memiliki 60 tempat tidur, dan semuanya sudah terisi. Banyak dari mereka sedang diberikan oksigen, serta anti-virus, steroid, plasma, dan pengencer darah untuk menghentikan infeksi sebelum menjadi parah. Para dokter mengatakan kemungkinan kematian secara keseluruhan lebih sedikit daripada di musim panas.

Tetapi mereka khawatir banyak pasien yang telah pulih akan lanjut berjuang dengan ‘Covid panjang’, yang akan berdampak pada berbagai aspek mulai dari pernapasan, otak, jantung dan sistem kardiovaskular hingga ginjal, usus, hati dan kulit.

Ibu dan anak, pasangan suami istri dirawat bersama di rumah sakit Para dokter mengatakan lonjakan terbaru ini serupa, dan pada saat yang bersamaan, berbeda dari wabah di musim panas.

“Para pasien datang dalam klaster-klaster kali ini. Kami melihat anggota-anggota keluarga dan teman-teman yang terinfeksi dan dirawat di rumah sakit setelah menghadiri festival dan pertemuan-pertemuan dalam ruangan yang sering dan berulang kali,” kata Husain.

“Saya merawat pasangan suami istri atau seorang ibu dan putranya yang dirawat di perawatan kritis dengan infeksi itu pada saat yang sama,” imbuhnya. Para dokter juga melaporkan peningkatan jumlah pasien yang lebih muda kali ini.

Baca juga: Kasus Covid-19 di India Tambah 73 Ribu Lebih

Sekitar 70 persen dari pasien yang sakit parah berusia di atas 55 tahun tetapi Husain mengatakan banyak pasien berusia antara 25 dan 45 tahun. “Hampir sepertiga dari pasien saya berada dalam kelompok usia itu. Mereka juga melaporkan jumlah kadar virus yang tinggi, yang menandakan bahwa mereka terpapar berulang kali pada orang yang terinfeksi,” tambahnya.

“Kaum muda merasa mereka tak terkalahkan dan mereka pergi keluar dan bersosialisasi. Saya percaya banyak dari orang muda ini adalah tipikal penyebar super,” ujar Husain. Saat wabah merebak di musim panas lalu, para dokter kurang siap untuk menangani penyakit tersebut.

Banyak pasien yang menderita gejala parah meninggal dalam waktu beberapa hari saja saat berada dalam perawatan kritis. Sekarang, dengan kemajuan medis dan protokol pengobatan yang jelas, pasien dengan gejala serupa punya kesempatan yang jauh lebih baik untuk pulih.(kompas/hm09)

Related Articles

Latest Articles