18.6 C
New York
Tuesday, April 30, 2024

China Latihan Perang, Laut China Selatan Memanas

Beijing, MISTAR.ID
Badan Keselamatan Maritim China mengatakan, perairan tenggara Pulau Hainan akan ditutup untuk latihan mulai, Senin (24/8/20) hingga Sabtu (29/8/20) mendatang. Hal ini dilansir stasiun televisi Jepang, NHK, Senin (24/8/20).

China mengumumkan akan melakukan latihan perang di Laut China Selatan (LCS) pekan ini, di tengah memanasnya ketegangan dengan Amerika Serikat.

China juga mengatakan, akan mengadakan latihan terpisah di Laut Bohai dari, Senin hingga 30 September 2020, dan latihan lainnya termasuk latihan tembak-menembak di Laut Kuning dari, Sabtu hingga Rabu pekan depan.

Dilansir Philstar Global, dalam latihan tembak-menembak tersebut, Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) akan mengadakan latihan berskala besar. Militer China memperkirakan bahwa latihan itu dapat menampilkan latihan anti-kapal, pertahanan udara, dan anti-kapal selam untuk mempersiapkan kemungkinan konflik militer dengan Amerika Serikat.

Baca Juga:UU Keamanan Nasional Disahkan China, Apa Ketakutan Pemuda Ini?

China telah meningkatkan kecepatan latihan perangnya dalam beberapa pekan terakhir, setelah AS mengirim dua armada penyerang dan kapal induk di LCS sebanyak dua kali pada Juli lalu.

Juli lalu, China melakukan latihan militer di LCS. Beijing tampaknya menggunakan latihan itu bertujuan untuk mempertaruhkan klaim atas kepentingan di kawasan LCS, sambil menjaga pergerakan AS.

Surat kabar pemerintah China, Global Times, mengatakan para ahli militer China percaya bahwa pasukan AS meningkatkan pengumpulan data intelijen dari penempatan militer PLA di sekitar medan perang potensial, setelah media Taiwan melaporkan pesawat pembom B-1B AS terbang di dekat pulau itu pada 15 Agustus lalu.

Para ahli menuturkan militer China juga harus bersiap menghadapi potensi konflik. Mereka menambahkan bahwa seringnya kehadiran pesawat tempur AS di Laut China Timur dan Selatan menambah ketidakpastian dan bahaya di kawasan itu.

Akan tetapi, bukan berarti situasi saat ini dapat berubah menjadi krisis Selat Taiwan seperti pada 1995-1996 silam, karena AS tidak memiliki keuntungan di wilayah tersebut dan pemerintahan Trump tidak mampu merencanakan konflik militer besar dengan China.

Baca Juga:Filipina Protes China yang Merampas Peralatan Nelayan di LCS

AS menentang upaya China untuk menguasai Laut China Selatan. AS mengutuk tindakan itu sebagai “penindasan” dan “intimidasi” yang “melanggar hukum” untuk mengontrol sumber daya di perairan yang disengketakan.

Pada Juli lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo meningkatkan sikap konfrontatifnya terhadap China. Dia menggambarkan klaim maritim Beijing di sebagian besar wilayah LCS sebagai “sepenuhnya melanggar hukum” dan AS berusaha menekan aktivitas China di wilayah tersebut.

AS berharap dapat membangun koalisi dengan negara-negara yang memahami ancaman yang ditimbulkan China, memastikan bahwa China berperilaku sesuai sistem internasional, dan secara kolektif memulihkan apa yang menjadi hak milik negara-negara di kawasan itu.

China bereaksi tajam terhadap pernyataan Pompeo. Mereka mengatakan, bahwa kedaulatan China dan klaim maritim di LCS sejalan dengan hukum internasional.(cnn/hm10)

Related Articles

Latest Articles