10.5 C
New York
Sunday, May 12, 2024

200 Pengunjuk Rasa Myanmar Tewas

Naypyidaw, MISTAR.ID

Junta militer yang kini berkuasa di Myanmar setelah menggulingkan pemerintahan yang sah kini semakin represif menghadapi aksi unjuk rasa masyarakat sipil yang menolak kudeta militer. Akibatnya, lebih 200 korban jiwa tewas akibat ditembus peluru dan aksi kekerasan lainnya.

Komisi Tinggi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan sampai saat ini lebih dari 200 orang tewas dalam bentrokan antara aparat keamanan Myanmar dan pedemo usai kudeta pada 1 Februari lalu.

Komisaris Tinggi HAM PBB, Michelle Bachelet, mengatakan situasi di Myanmar semakin mengkhawatirkan terutama setelah darurat militer diberlakukan dan pemutusan layanan internet terjadi pada beberapa kota pusat kerusuhan demonstran dan aparat terjadi.

Baca juga: Pengunjuk Rasa Myanmar Diancam Hukuman Mati

“Kemarin kami diberitahu bahwa 149 orang meninggal dan sekarang kami bisa katakan 202 orang tewas sejak 1 Februari, termasuk 121 orang meninggal sejak Jumat pekan lalu,” kata Bachelet kepada media pada Rabu (17/3/21).

Bachelet mengatakan angka kematian masih bisa lebih banyak lagi karena badan PBB belum memiliki akses ke beberapa daerah lain yang berpotensi memiliki jumlah kematian yang lebih tinggi lagi.

Selain korban tewas, Bachelet mengatakan sedikitnya sudah ada 2.400 lebih orang yang ditahan junta militer. Militer juga mengancam menjatuhkan hukuman mati terhadap para pengunjuk rasa anti-kudeta, terutama di kota-kota yang telah ditetapkan status darurat militer.

Tanggapan aparat keamanan Myanmar semakin brutal terhadap
ribuan warga Myanmar memilih untuk kabur setelah ketegangan antara massa anti-kudeta militer dengan pasukan keamanan terus memakan korban jiwa.

Baca juga: Junta Militer Myanmar Tahan Pimpinan Aktivis, Curigai Dana Hibah George Soros untuk Demo

Media melaporkan ribuan orang pada Selasa (16/3/21) memilih kabur membawa barang-barang mereka menggunakan sepeda motor. Warga distrik Hlaing Tharyar mengatakan keputusan mereka untuk kabur disebabkan pemberlakuan darurat militer di daerah tersebut.

Darurat militer diterapkan militer di Hlaing Tharyar menyusul bentrokan pedemo dan aparat hingga menewaskan lebih dari 40 orang pada akhir pekan lalu. Hlaing Tharyar merupakan kota di pinggiran Yangon yang menjadi rumah bagi migran dan pekerja.

Bentrokan terjadi menyusul pembakaran sejumlah pabrik China oleh sekelompok orang. China memang selama ini dipandang mendukung junta militer Myanmar. “Di sini seperti zona perang, mereka menembak di mana-mana. Sebagian besar orang terlalu takut untuk keluar rumah,” kata seorang warga kepada media. (cnn/hm09)

Related Articles

Latest Articles