7.4 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Sekilas Tentang Kematian Cawir Metua dalam Suku Karo, Keluarga Tidak Menerima Tuppak

Dairi, MISTAR.ID

Tak dapat dipungkiri Indonesia memiliki banyak suku-suku, seperti Suku Jawa, Batak, Toraja dan Karo. Demikian halnya adat istiadat selalu beragam dan berbeda. Dalam suku Karo misalnya. Sebagian tidak menerima tuppak (bantuan sumbangan atau dana pertangis simate-mate), salah satu keluarga Bayang Andri (Nenek Andri Sebayang).

Dalam upacara adat kematian cawir metua Bayang Andry, disebut sangat langka. Sebutan langka itu terjadi di acara adat kematian cawir metua Bayang Andri yang tutup usia 84 tahun, yang disemayamkan di Jambur Paldung Jaya Sumbul, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi, Senin (30/5/22).

Pada acara adat kematian itu, secara keseluruhan para pelayat dari sanak saudara, family, warga sekitar baik dari warga luar daerah tidak diperbolehkan memberikan sumbangan uang. Keluarga pihak yang berduka tetap menginformasikan tidak menerima sumbangan karena pesan dan amanah orang tua almarhumah.

Baca Juga:Bupati Karo Lantik 5 Pejabat Tinggi Pratama

Spontan seluruh pelayat yang datang dari berbagai daerah mengaku acara itu langka dan sangat luar biasa. Sebab, sebagaimana umumnya pada pelaksanaan acara adat kematian cawir metua di Dairi dilakukan pengumpulan sumbangan atau dalam bahasa Karo “dana pertangis”. Sementara dalam bahasa Toba, Simlungun, Pakpak disebut “tuppak” yang bersumber dari elemen masyarakat.

Sementara pengakuan dari seluruh warga pelayat, profil kehidupan dari keluarga yang berduka bukanlah salah satu keluarga konglomerat atau orang kaya raya. Keluarga mereka sederhana.

“Kalau dana untuk acara adat kematian seperti ini tidak cukup Rp200 juta. Jadi hal ini langka dan luar biasa. Kita sangat terharu dengan kebijakan mereka. Semoga keturunannya makin diberkati Tuhan,” kata sejumlah pelayat.

Salah satu anak keempat Nenek Andri Sebayang, Robby Loren Ginting membenarkan hal itu. “Ini pesan almarhumah, sebagai ucapan syukur pada Tuhan atas berkat kepada keluarga semasa hidup ibu,” katanya.

Baca Juga:Pendiri Museum Pusaka Karo, Pastor Leo Joosteen Dimakamkan Di Sinaksak Hari Ini

Ia mengatakan, dalam upacara adat kematian ibunya itu, mereka sengaja menghadirkan perkolong-kolong musik tradisi adat Karo pada upacara puncak. “Selama tiga hari tiga malam untuk menghibur pelayat. Ada juga artis Karo yang dihadirkan. Semuanya dari Medan,” sebutnya.

Untuk diketahui, Nenek Andri Sebayang adalah pensiunan guru PNS yang sudah lama ditinggal mati suaminya pada tahun 1983. Ia pensiun pensiun tahun 1998 dan berjuang sendiri untuk anak-anaknya.

Almarhum meninggalkan enam anak (2 perempuan dan empat laki-laki). Ia memiliki cucu 14 orang dan cicit 7 orang. Sementara anak almarhum diketahui semua sukses di peratauan sebagai pengusaha swasta.(manru/hm12)

Related Articles

Latest Articles