12.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Sang Petarung dari Tanah Batak, Panda Nababan Luncurkan Buku Otobiografi

Medan, MISTAR.ID

Politisi senior PDI Perjuangan (PDIP) Panda Nababan meluncurkan buku otobiografi dirinya. Otobiografi ini terdiri dari dua buku, buku pertama berjudul ‘Panda Nababan, Lahir sebagai Petarung dan buku kedua berjudul ‘Dalam Pusaran Kekuasaan’.

Sekretaris DPD PDIP Sumut Dr Soetarto yang menjadi salah satu pembicara mengungkapkan, membaca buku otobiografi ini adalah membaca kilas balik hidup seorang anak desa sampai jadi politisi elit di Jakarta. Peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Panda, mulai kecil, menjadi mahasiswa, lalu menjadi jurnalis diurai. Buku satu dengan judul ‘Lahir sebagai Petarung’ terdiri dari 18 bab, berisi 616 halaman menceritakan Panda sejak kelahirannya.

Begitu juga saat Panda menjadi politisi, baik semasa di level Sumut hingga ke Senayan diceritakan gamblang di buku kedua berjudul ‘Dalam Pusaran Kekuasaan’.

Datang dari rumah yang sama, PDIP, Panda di mata Soetarto adalah sosok yang menjadi teladan. Setiap pertemuan dengan Panda, mereka para kader junior, harus sigap.

“Jangan harap kalau mau ketemu Bang Panda kalau tak bawa pulpen sama buku catatan,” kata Soetarto merinci ingatannya pada Panda.

Baca juga: Bupati Taput Nikson Nababan Prioritaskan Layanan Kesehatan Hingga Ke Pelosok

Sementara akademisi lain yang jadi pembicara, Dr Achmad Riza Siregar mengatakan, buku otobiografi ini sangat menarik dari penulisan dan mudah dicerna. Sehingga, patut dibaca seluruh kalangan. Sebagai seorang tokoh, Panda menurut Riza, memegang teguh falsafah orang Batak yang harus bisa mengaplikasikan peran sebagai Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon. “Dia mengaplikasikan falsafah ini terutama saat menjadi wartawan dan politisi,” katanya.

Sementara Panda Nababan yang punya nama lengkap Pandapotan Maruli Asi Nababan ini mengatakan, buku otobiografi yang ia tulis ini diharapkan bisa jadi pembelajaran, juga digunakan orang lain sebagai cermin. Di buku ini, menurutnya ia banyak mengungkap hal-hal yang masyarakat perlu tahu. “Banyak kebenaran yang saya ungkap yang mungkin tidak mengenakkan, tapi bagi saya itu jadi pelajaran,” katanya.

Panda mengungkapkan, makna petarung dalam bukunya bisa diartikan sebagai sikap, karakter dalam menghadapi persoalan. Bahwa persoalan akan selalu ada dalam hidup hingga akhir hayat.

Buku ini mengungkapkan hidup Panda Nababan yang dilahirkan di Siborong-borong, hingga merintis menjadi wartawan dan politisi di Jakarta. Karirnya sebagai wartawan cukup moncer. Saat menjadi politisi pun, ia menjadi tokoh sentral. Hidupnya memang penuh warna. Lingkungan pergaulannya meliputi bermacam kalangan dari berbagai latar belakang.

Mulai dari aktivis sampai politisi. Mulai dari jurnalis sampai pekerja seni. Pengusaha sampại pemuka agama. Mulai dari wong cilik sampai pejabat tinggi negara, termasuk dengan beberapa presiden.

Baca juga: Berita Duka! Pendeta Dr.SAE Nababan Meninggal Dunia

Ia kemudian mengungkap beberapa peristiwa penting dalam karir politiknya yang dimuat dalam buku ini. Pertama, sewaktu pertemuan Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono pada 2005 yang menurutnya sebuah peristiwa penting yang ia ungkap.

Lalu, ia juga punya cerita menarik tentang Luhut Panjaitan. Luhut kata dia, pada 2014, pernah datang padanya. Luhut waktu itu datang meminta bantuan Panda karena Luhut tak masuk kabinet. Ada 3 tokoh besar yang kala itu tidak menginginkan Luhut masuk kabinet Jokowi. Ia pun kemudian menemui Jokowi seperti permintaan Luhut. “Dan Luhut sekarang mendapat kepercayaan penuh dari Pak Jokowi,” kata Panda.

Peluncuran buku ini juga dihadiri secara virtual oleh Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, yang juga Ketua DPD Golkar Sumut. Juga ketua DPD PDIP Sumut Rapidin Simbolon. Juga hadir anggota DPR RI Fraksi PDIP Sofyan Tan, dan Ramses Simbolon.* (Iskandar/hm06).

Related Articles

Latest Articles